Mohon tunggu...
Aldi Nur Sopian
Aldi Nur Sopian Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Public Relations

Sampurasun! Halo Sobat, Saya selalu senang untuk menulis tentang artikel tentang film, musik, membuat puisi dan membahas banyak hal tentang psikologi komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Representasi Toxic Masculinity dalam Film The Power Of The Dog (2021)

22 Desember 2023   14:23 Diperbarui: 22 Desember 2023   14:25 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
scholarjourneys.com/inequalities-men-and-masculinities

Pendahuluan

Pembahasan Toxic masculinity dewasa ini cukup sering diperbincangkan, terutama di berbagai media sosial. Istilah toxic masculinity dipakai dalam kegiatan akademis terkait sifat dan standar maskulinitas atau kejantanan itu sendiri. Fenomena maskulinitas beracun (toxic masculinity) membuat sadar banyak orang karena kepribadian racun pada dasarnya merugikan individu atau kelompok di suatu lingkungan.

Sebagai bentuk dukungan dan kesadaran atas kepribadian racun yang terjadi dimana-mana, hadirlah sebuah karya The Power Of The Dog (2021) dari Jane Campion sebagai director film tersebut yang memberi jawaban kepada penonton atau masyarakat mengapa fenomena maskulinitas beracun (toxic masculinity) harus menjadi bahan edukasi bagi kalangan masyarakat.

scholarjourneys.com/inequalities-men-and-masculinities
scholarjourneys.com/inequalities-men-and-masculinities

Tema maskulinitas secara umum diartikan sebagai sebuah bentuk kekejaman baik secara verbal atau non-verbal secara terus-menerus terhadap semua wanita dan semua pria yang gagal menampilkan dan menunjukkan maskulinitas dengan benar. (Poll, 2022)

Maskulinitas adalah gambaran tentang kejantanan, ketangkasan, kegagahan, keperkasaan dan keberanian untuk menantang bahaya, keuletan, keteguhan hati, hingga keringat yang menetes, otot laki-laki yang perkasa atau bagian tubuh tertentu dari kekuatan daya tarik laki-laki yang terlihat secara ekstrinsik.

Maskulinitas merupakan konsep terbuka yang pada dasanya bukan merupakan identitas yang tetap dan monolitis yang dipisahkan dari pengaruh ras, kelas dan budaya melainkan dalam sebuah jarak (range) identitas yang kontradiktif (Morgan: 1992, dalam Lewitt: 1997).

Selain itu juga, doktrin-doktrin pembentukan karakter maskulin yang tidak tertulis tetapi telah diwariskan secara turun-temurun melalui budaya, seperti misalnya laki-laki sejati tidak boleh menangis, harus terlihat kuat, berani, berotot, macho, gentle, dan sebagainya. Walaupun bersifat tidak pasti, namun bentuk maskulinitas sering diperlihatkan dalam film, akan selalu ada sosok laki[1]laki yang mendominasi laki-laki lain, baik dari kriteria fisik, cara bersikap, maupun segala aspek pandukung yang ada di sekitarnya. (Beynon, 2002: 2)

Perilaku maskulinitas beracun berpotensi berbahaya dan memiliki dampak sosial ke suatu lingkungan. Bahkan dalam kasus yang serius, perilaku ini dapat menimbulkan kekerasan fisik, bullying, hingga pelecehan seksual. Toxic masculinity memandang bahwa seorang pria harus memiliki kekuatan, ketangkasan, hingga kekuasaan dalam kadar tertentu sampai cukup membuatnya disebut sebagai pria.

Pada dasarnya sifat masculinity seperti kuat dan tangguh bukanlah hal buruk. Namun hal tersebut dapat berubah menjadi "toxic" karena terdapat unsur tekanan dan stigma yang menyertainya (Rahmadi: 2022). Cumberbatch yang memerakankan karakter Phil juga turut berkomentar kepada publik terhadap isu toxic masculinity yang beredar ditengah kehidupan masyarakat pada jaman sekarang.

"We need to fix the behaviour of men, and you have to kind of lift the lid on the engine a little bit." Benedict Cumberbatch has told Sky News

Berdasarkan komentar yang disampaikan oleh Cumberbacth terkait toxic masculinity. Masyarakat terutama pria harus mulai intropeksi diri untuk bersikap dengan lebih baik. Seorang pria harus membuka pikirannya secara luas. Pria yang berkarakter baik dan posistif diperoleh melalui proses belajar yang baik.

Film The Power Of The Dog (2021)

Jane Campion sebagai sutradara dari film The Power Of The Dog mengadaptasi novel dengan judul yang sama dengan filmnya yaitu The Power of the Dog. Novel tersebut merupakan sebuah karya fiksi barat yang ditulis oleh Thomas Savage pada tahun 1967. Campion menjelaskan bahwa dia secara proaktif ingin mengadaptasi buku novel tersebut menjadi sebuah film yang dapat menyadarkan publik dengan tema isu toxic masculinitasnya.

Campion sebagai sutradara dan penulis film ini ingin mencari cara untuk mengungkapkan kedalaman tersembunyi dari jiwa manusia, untuk menunjukkan emosi dengan cara yang halus dan bernuansa melalui sebuah karya film. The Power Of The Dog didistribusikan melalui platform layanan film digital yaitu Netflix dan masih bisa disaksikan sekarang.

Genre dari film The Power Of The Dog ini adalah western & romantic, dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris yang terkenal yang sudah membintangi banyak film-film besar yaitu seperti Benedict Cumberbatch (Doctor Strange), Kirsten Dunst (Spiderman), Jesse Plemons (Battleship), Kodi Smit-McPhee, Thomasin Mckenzie.

Film The Power of The Dog juga masuk dalam nominasi Oscar 2022 untuk kategori Best Cinematography, Best Adapted Screenplay, Best Motion Picture Of The Year, Best Sound, Best In Film Editing, Best Picture, Best Actor, Best Supporting Actor, Best Supporting Actress, dan memenangkan piala Oscar 2022 pada kategori Best Achievment In Directing serta Best Film and Best Director di BAFTA Awards. The Power of the Dog merupakan salah satu film yang dibuat untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap isu toxic masculinity.

Meskipun film ini berlatar satu abad yang lalu yaitu abad 19 tepatnya pada tahun 1925, Cumberbatch percaya eksplorasi maskulinitasnya sama relevannya dengan saat sekarang ini. Perlakuan toxic masculinity tidak bisa dianggap benar dan tidak boleh di normalisasi. Sikap penindas dan suka mengintimidasi tanpa rasa bersalah merupakan racun yang ada pada dalam mental seseorang yang harus hilangkan.

Representasi Toxic Maskulinity (Maskulinitas Beracun) Dalam Film The Power Of The Dog (2021)

IMdb: The Power Of The Dog
IMdb: The Power Of The Dog

Dalam film The Power Of The Dog, representasi toxic masculinity digambarkan baik secara verbal atau non-verbal, dan implisit seorang koboi western amerika yang bernama Phil (diperankan oleh Benedict Cumberbatch). Sepanjang film kepribadian toxic masculinity Phil ditujunkan melalui karakter yang maskulin, macho, badass, risk taker.

Dia juga berlaga seperti seorang pria jagoan yang digambarkan sering membully secara verbal kepada Peter yang memiliki karakter flamboyan, lembut dan halus dengan caci maki dan hinaan yang mengarah kepada kejantanan Peter yang tidak sesuai dengan standar maskulinitas Phil.

Selanjutnya, Phil sebagai pria maskulin selalu memberi tekanan dan intimidasi kepada ibu Peter yaitu Rose Gordon dengan menganggunya saat beraktivitas dirumahnya. Phil juga selalu mengajak anaknya Rose yaitu peter untuk berlatih berkuda dan berburu hewan yang dimana tujuannya agar menjadi pria maskulin.

Phil bertindak sebagai pria yang jantan dan mengikuti standar maskulinitas pada setting filmnya yang dimana relevan juga dengan kondisi pada saat ini di berbagai wilayah tertentu. Phil mengkomunikasikan tindakan (act) yang berdasarkan stimulus atau rangsangan atas lingkungan dan realitas yang terjadi. Seluruh simbol-simbol yang diberikan Phil kepada Rose dan Peter memuat motif, tindakan dan pengaruh.

Phil menggunakan motif kejantanan sebagai dasar untuk membully Peter. Motif ini mendorongnya untuk mengungkapkan kesadaran dirinya melalui berbagai tindakan konkret baik secara verbal maupun non-verbal.

Secara verbal, ia mengekspresikan sikap merendahkan dengan menggunakan hinaan dan cacian yang ditujukan kepada Peter. Melalui kata-kata yang menyakitkan, Phil berusaha untuk mengusik harga diri dan martabat Peter yang pada akhirnya merusak mentalnya.

Di samping itu, Phil juga memanfaatkan tindakan non-verbal, seperti siulan yang merendahkan, untuk memperkuat intimidasi tersebut. Gestur dan ekspresi wajah yang merendahkan turut menjadi bagian dari sumber perilaku negatif yang diterapkan oleh Phil. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk menegaskan dominasi dan superioritas dirinya, sekaligus menciptakan ketidaknyamanan bagi Peter.

Dengan demikian, perilaku bullying yang dilakukan oleh Phil bukan hanya sekadar kata-kata kasar, tetapi juga mencakup ekspresi non-verbal yang merendahkan. Motif kejantanan atau pria yang menjadi pemicu perilaku ini menunjukkan bahwa Phil menggunakan stereotip gender untuk menjalankan aksinya, yang pada akhirnya dapat merugikan dan merendahkan seseorang secara tidak adil.

Representasi maskulinitas yang diperankan Phil juga digambarkan dalam film seperti memanggil "fat" gendut kepada adiknya George, kekerasan terhadap hewan ternak, enggan untuk mandi karena dianggap tidak maskulin, dan bermandi lumpur di danau sebagai bukti pria jantan.

The Power of the Dog pada akhirnya menceritakan sebuah kisah tentang maskulinitas beracun, seksualitas, dan dampaknya dapat menyebabkan kehancuran pada Phil itu sendiri akibat tingkahnya yang seperti demikian.

Referensi

www.imdb.com/ThePowerOfTheDog

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun