Mohon tunggu...
Aldi Nur Sopian
Aldi Nur Sopian Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Public Relations

Sampurasun! Halo Sobat, Saya selalu senang untuk menulis tentang artikel tentang film, musik, membuat puisi dan membahas banyak hal tentang psikologi komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Liminal Space: Pelepasan Ekspresi Melalui Psikologi dan Visual

22 Desember 2023   04:35 Diperbarui: 22 Desember 2023   04:52 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang liminal, atau Liminal Space, menggambarkan fase transisi yang penuh ketidakpastian di antara dua tempat, baik itu secara pikiran, fisik, emosional, atau secara metaforis. Saat berada dalam ruang liminal, kita berada di wilayah baru yang belum kita eksplorasi secara fisik maupun mental.

Meskipun bagi sebagian orang, berada dalam ruang terbatas bisa terasa tidak nyaman karena otak cenderung menginginkan kestabilan dan prediktabilitas, namun ruang liminal memainkan peran tertentu bagi pengalaman hidup kita baik itu berkesan positif, merinding atau menyedihkan.

Dalam konteks psikologi, Liminal Space sering dikaitkan dengan Anemoia, konsep yang menggambarkan perasaan nostalgia terhadap pengalaman yang tidak pernah kita alami, terutama nostalgia terhadap keindahan masa lalu yang mungkin dianggap lebih bermakna daripada masa kini.

Liminal Space atau Liminalitas juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk hubungan antara diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut melibatkan upaya untuk memahami pengalaman atau perspektif orang lain, membuka peluang untuk melihat dunia dari sudut pandang yang sama dengan perasaan yang mungkin berbeda-beda.

Konsep Liminal Space

Secara mendasar, liminal space adalah ruang peralihan yang membawa kita ke momen di tengah-tengah perubahan yang tidak pasti. Selama periode tersebut, kita merasa rawan tetapi juga bisa tenggelam dalam potensi yang belum pasti. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggali konsep liminal space guna memahami bagaimana hal ini dapat membentuk dan memengaruhi psikologi kita, terutama melalui ekpsresi visual.

Konsep liminal space melibatkan unsur-unsur yang khas, seperti ketidakpastian, transformasi, dan kebebasan dari batas-batas konvensional. Tentu ini bukan sekadar lokasi di antara dua titik dalam ruang dan waktu, namun lebih daripada itu. Liminal space menjadi dimensi kehidupan yang bisa memicu introspeksi, kontemplasi dan pemikiran mendalam.

Definisi liminalitas dalam konteks akademis mencakup esensi yang paling dekat dengan makna tradisional. Namun, estetika ruang liminal telah berkembang dan melibatkan gambar-gambar tempat yang sederhana bersifat nostalgic, dreamy, atau misterius, dengan ketiadaan manusia dan keheningan ruang menjadi ciri yang utama.

Fenomena ini lebih menarik bagi generasi Milennial sampai Gen Z, yang menghubungkan daya tarik misterius ruang liminal dengan kenangan masa kecil dan budaya mereka. Lokasi seperti objek wisata pinggir jalan, taman bermain, rumah-rumah kosong, atau mal yang ditinggalkan, bersama dengan unsur-unsur seperti pencahayaan yang horror, dan dekorasi kuno, sering digunakan untuk menciptakan estetika ini.

Sebagai hasil dari daya tarik nostalgianya dan atmosfer seperti berkahayal atau bermimpi, banyak orang merenung tentang perjalanan waktu dan merindukan masa kecil di dunia liminal. Karena daya tarik nostalgianya diangap seru, banyak orang tertarik melihat Liminal Space melalui konsep Traumacore, Creepy, Adventure, Nostlagic, Hauntology, dan Aesthetic Place.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun