Awal cerita serial ini menghadirkan momen mendebarkan ketika sang penyelamat yaitu Jung Dae Eun (Park Bo-Young) memasuki dunia yang belum ia kenal pada hari pertama kerjanya sebagai perawat di unit psikiatri rumah sakit. Perjalanan Da Eun ini semakin menarik ketika kepala perawat di departemen sebelumnya yang berfokus pada penyakit dalam, meyakinkan Jung Da Eun bahwa bidang psikiatri adalah tempat yang lebih sesuai untuknya.
Terlepas respon yang Jung Da Eun tampakan saat harus mengetahui dirinya pindah, ia tetap bersedia melakukan yang terbaik, gigih dan mempelajari semua yang perlu diketahui tentang departemen barunya di psikiatri. Seiring perjalanan cerita Jung Da Eun dalam peralihannya, penonton juga mendapatkan beberapa informasi yang edukatif serta menarik tentang bangsal psikiatris yang dijelaskan dalam serial. Misalnya, ketika kepala perawat Song Hyo Jin (Lee Jung-eun) memberi Jung Da Eun tur singkat ke bangsal jiwa, dia menyebutkan bagaimana bangsal tersebut dirancang dengan mempertimbangkan keselamatan pasien yang ingin bunuh diri.
Disini ada hal yang unik, ternyata ada aturan untuk staf bangsal pskiatri saat melakukan tugas kepada pasien. Song Hyo Jin (Lee Jung-eun) dengan tegas menginformaskan kepada Jung Da Eun sebagai perawat agar mengetahui bahwa para perawat harus menggunaan pena silikon dan ID Card klip. Tidak boleh menggunakan anting, tidak boleh menggunakan sepatu yang bertali, tetap fokus untuk tidak membawa gunting, dan menghindari penggunaan barang-barang yang dapat membahayakan pasien dan perawat itu sendiri. Alasannya adalah semata-mata hanya demi keselamatan pasien yang seringkali menyakiti dirinya ketika penyakit kejiwaannya kambuh.
Da-eun mungkin tidak berpengalaman sebagai perawat psikiatri, tapi siap atau tidak, inilah momennya saat ia menerima pasien baru. Pasien saat ini adalah Oh Ri Na (Jung Woon Sun), yang bersikeras bahwa dia baik-baik saja meskipun ibunya telah memutuskan untuk menempatkannya di bawah pengawasan perlindungan.
Dua tanda tangan wali diperlukan untuk mengajukan izin perlindungan, tapi Ibunya enggan memberi tahu suami Ri Na tentang situasi di lapangan. Mengapa? Ri Na yakin bahwa dia jatuh cinta dengan orang lain. Namun kenyataannya, dia terus menguntit pria tersebut hingga perintah penahanan diajukan terhadapnya.
Ri Na didiagnosis mengidap gangguan kepribadian bipolar dengan beberapa gejala medis yang dijelaskan seperti energi yang meluap secara tiba-tiba, perubahan kepribadian secara drastis, perilaku seksual yang tidak biasa, obsesi yang tinggi dan Ri Na menggunakan "topeng" yang merepresentasikan perbedaan kepribadian.
Namun Ri Na beralih dari kondisi maniak menjadi kondisi depresi, dan seiring berjalannya waktu, misteri sedikit demi sedikit terkuak bahwa kehidupan Ri Na hancur lebur di bawah tekanan Ibunya yang ingin menjalani kehidupan sempurna dengan iming-iming bahwa ibunya ingin membahagian anaknya.
Jung Da Eun bertanya-tanya bagaimana orang seperti Ri Na bisa sakit meski dilahirkan dalam hidup yang berkecukupan. Tapi itulah sebuah kesalahpahaman umum tentang pasien kesehatan mental. Seperti yang dikatakan salah satu dokter kepadanya, "Gangguan mental tidak muncul karena kekurangan dan mereka juga tidak terhalang oleh kelimpahan". Kita semua adalah manusia, dan siapa pun di antara kita mungkin mendapati pikiran kita berada dalam kondisi mental yang lemah.
Ri Na tidak percaya rawat inapnya akan mengubah segalanya. Namun setelah berbincang dengan Jung Da Eun dan perawat Song, dia mengetahui bahwa belum terlambat untuk mengubah keadaan. Para perawat ada di sana untuk mendukungnya, dan dia bebas memilih apa yang harus dilakukan dengan dukungan mereka. Percakapan ini memberikan motivasi yang dibutuhkan Ri Na untuk akhirnya membela dirinya sendiri di hadapan ibunya yang telah menekan dirinya terlalu tinggi.
Tibalah di adegan yang menegangkan yang memperihatkan konfrontasi yang penuh air mata antara Ri Na dengan Ibunya. Ri Na menjelaskan bahwa dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri. Mulai dari makanan apa yang akan dimakan, hingga suami yang dinikahinya, dia mengikuti pilihan Ibu karena dia merasa berhutang budi atas segala keistimewaan yang dimilikinya. Kata Ibu, mengikuti segala sesuatunya berarti dia akan bahagia. Padahal itu sangat kontras dengan kehidupan Ri Na itu sendiri.