Mohon tunggu...
Aldi Nur Sopian
Aldi Nur Sopian Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Public Relations

Sampurasun! Halo Sobat, Saya selalu senang untuk menulis tentang artikel tentang film, musik, membuat puisi dan membahas banyak hal tentang psikologi komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Lengkap Daily Dose My Sunshine Episode 1: Jangan Sepelekan Kesehatan Mental Seseorang!

21 November 2023   23:51 Diperbarui: 21 November 2023   23:55 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Awal cerita serial ini menghadirkan momen mendebarkan ketika sang penyelamat yaitu Jung Dae Eun (Park Bo-Young) memasuki dunia yang belum ia kenal pada hari pertama kerjanya sebagai perawat di unit psikiatri rumah sakit. Perjalanan Da Eun ini semakin menarik ketika kepala perawat di departemen sebelumnya yang berfokus pada penyakit dalam, meyakinkan Jung Da Eun bahwa bidang psikiatri adalah tempat yang lebih sesuai untuknya.

Terlepas respon yang Jung Da Eun tampakan saat harus mengetahui dirinya pindah, ia tetap bersedia melakukan yang terbaik, gigih dan mempelajari semua yang perlu diketahui tentang departemen barunya di psikiatri. Seiring perjalanan cerita Jung Da Eun dalam peralihannya, penonton juga mendapatkan beberapa informasi yang edukatif serta menarik tentang bangsal psikiatris yang dijelaskan dalam serial. Misalnya, ketika kepala perawat Song Hyo Jin (Lee Jung-eun) memberi Jung Da Eun tur singkat ke bangsal jiwa, dia menyebutkan bagaimana bangsal tersebut dirancang dengan mempertimbangkan keselamatan pasien yang ingin bunuh diri.

Disini ada hal yang unik, ternyata ada aturan untuk staf bangsal pskiatri saat melakukan tugas kepada pasien. Song Hyo Jin (Lee Jung-eun) dengan tegas menginformaskan kepada Jung Da Eun sebagai perawat agar mengetahui bahwa para perawat harus menggunaan pena silikon dan ID Card klip. Tidak boleh menggunakan anting, tidak boleh menggunakan sepatu yang bertali, tetap fokus untuk tidak membawa gunting, dan menghindari penggunaan barang-barang yang dapat membahayakan pasien dan perawat itu sendiri. Alasannya adalah semata-mata hanya demi keselamatan pasien yang seringkali menyakiti dirinya ketika penyakit kejiwaannya kambuh.

Da-eun mungkin tidak berpengalaman sebagai perawat psikiatri, tapi siap atau tidak, inilah momennya saat ia menerima pasien baru. Pasien saat ini adalah Oh Ri Na (Jung Woon Sun), yang bersikeras bahwa dia baik-baik saja meskipun ibunya telah memutuskan untuk menempatkannya di bawah pengawasan perlindungan.

Dua tanda tangan wali diperlukan untuk mengajukan izin perlindungan, tapi Ibunya enggan memberi tahu suami Ri Na tentang situasi di lapangan. Mengapa? Ri Na yakin bahwa dia jatuh cinta dengan orang lain. Namun kenyataannya, dia terus menguntit pria tersebut hingga perintah penahanan diajukan terhadapnya.

Ri Na didiagnosis mengidap gangguan kepribadian bipolar dengan beberapa gejala medis yang dijelaskan seperti energi yang meluap secara tiba-tiba, perubahan kepribadian secara drastis, perilaku seksual yang tidak biasa, obsesi yang tinggi dan Ri Na menggunakan "topeng" yang merepresentasikan perbedaan kepribadian.

Namun Ri Na beralih dari kondisi maniak menjadi kondisi depresi, dan seiring berjalannya waktu, misteri sedikit demi sedikit terkuak bahwa kehidupan Ri Na hancur lebur di bawah tekanan Ibunya yang ingin menjalani kehidupan sempurna dengan iming-iming bahwa ibunya ingin membahagian anaknya.

Jung Da Eun bertanya-tanya bagaimana orang seperti Ri Na bisa sakit meski dilahirkan dalam hidup yang berkecukupan. Tapi itulah sebuah kesalahpahaman umum tentang pasien kesehatan mental. Seperti yang dikatakan salah satu dokter kepadanya, "Gangguan mental tidak muncul karena kekurangan dan mereka juga tidak terhalang oleh kelimpahan". Kita semua adalah manusia, dan siapa pun di antara kita mungkin mendapati pikiran kita berada dalam kondisi mental yang lemah.

Ri Na tidak percaya rawat inapnya akan mengubah segalanya. Namun setelah berbincang dengan Jung Da Eun dan perawat Song, dia mengetahui bahwa belum terlambat untuk mengubah keadaan. Para perawat ada di sana untuk mendukungnya, dan dia bebas memilih apa yang harus dilakukan dengan dukungan mereka. Percakapan ini memberikan motivasi yang dibutuhkan Ri Na untuk akhirnya membela dirinya sendiri di hadapan ibunya yang telah menekan dirinya terlalu tinggi.

Tibalah di adegan yang menegangkan yang memperihatkan konfrontasi yang penuh air mata antara Ri Na dengan Ibunya. Ri Na menjelaskan bahwa dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri. Mulai dari makanan apa yang akan dimakan, hingga suami yang dinikahinya, dia mengikuti pilihan Ibu karena dia merasa berhutang budi atas segala keistimewaan yang dimilikinya. Kata Ibu, mengikuti segala sesuatunya berarti dia akan bahagia. Padahal itu sangat kontras dengan kehidupan Ri Na itu sendiri.

Jung Da Eun langsung berempati dengan keadaan Ri Na karena dia juga punya versi ibu yang persis ceritanya dengannya. Meskipun kedua ibu terus-terusan mengawasi kehidupan putri mereka yang dinilai karena cinta. Ekspresi cinta yang mendominasi bisa menjadi sangat menyesakkan jika tidak saling memahami.

Menurut pengalaman Jung Da Eun, dia dan ibunya akan hidup nyaman jika ibunya mendukungnya apa pun yang dia lakukan. Dan berdasarkan pengalaman ini, Jung Da Eun dengan hati-hati dan pelan-pelan menasihati ibu Ri-na untuk mendukung apa pun yang ingin dilakukan Ri Na agar hidupnya mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Pada akhirnya, ibu Ri Na mengambil langkah kecil untuk melepaskan kendalinya atas kehidupan Ri Na.

Berkaca dari kasus Bipolar Ri Na, Jung Da Eun mengetahui bahwa orang cenderung saling mempengaruhi dengan berbagai cara. Terkadang juga, "Batu-batu yang kita lempar untuk mengubah diri kita bisa berdampak tidak hanya pada diri kita saja, tapi juga berdampak pada orang-orang di sekitar kita." Melalui pelajaran tersebut, Jung Da Eun yang ceria akhirnya menemukan tujuannya di bidang psikologi. Dia memutuskan bahwa mulai sekarang dia yakin akan menjadi batu yang mengubah orang lain.

"No one is born as a patient, and no one stays a patient until the end. The darkest nights make way for sunlight. The light will shine on you."

Tidak ada seorang pun yang terlahir sebagai pasien, dan tidak ada seorang pun yang tetap menjadi pasien sampai akhir hayatnya. Malam yang paling gelap memberi jalan bagi sinar matahari. Cahayanya akan menyinarimu." - Song Hyo Sin saat memotivasi Oh Ri Na

Sementara itu, kita menyaksikan kasus unik di mana seorang dokter, Dong Go Yoon (Yeon Woo-jin), yang bekerja di unit kolorektal rumah sakit, mengalami Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), terlihat melalui kebiasaannya yang khas, yaitu jarinya yang tanpa henti menghasilkan suara retak. Kondisi OCD yang dialaminya menjadi sumber komedi bagi yang melihatnya.

Saat Jung Da Eun membawa salah satu pasiennya ke salah satu bangsal untuk diperiksa, Go Yoon terpesona dengan cara dia menangani pasien dengan mulus. Saat dia memperhatikannya, dia menyadari bahwa dia belum pernah meretakkan jarinya selama interaksinya dengan pasien.

Saat Jung Da Eun telah menemukan titik kenyamanannya saat bekerja di bangsal psikiatri, dia mengetahui realita dari mantan kepala perawatnya. Jung Da Eun sengaja mendengar percakapan antara kepala perawat dan perawat Song, yang menyebut dia sebagai "beban". Menurut mantan kepala perawatnya di penyakit dalam, menjadi perawat yang baik berarti lebih dari sekedar memiliki hati yang baik. Meskipun Jung Da Eun terlalu manis dan lembut (emang sih hehe), dia mengganggu pekerjaan perawat lain karena mereka sering kali harus mengerjakan tugasnya Da Eun.

Pada ending episode 1 ditampakan betapa speechlessnya Jung Da Eun karena jelas baginya bahwa apa yang telah direkomendasikan mantan kepala perawatnya untuk beralih ke psikis hanyalah sebuah tindakan untuk menyingkirkannya secara halus.

Serial drama Daily Dose My Sunshine ini menyoroti stigma yang melekat kepada orang-orang yang ingin mencari bantuan ke psikiater. Tak juga itu, drama ini berhasil mematahkan bias dan stereotip seputar penyakit mental. Hal ini juga membuka mata kita mengenai bagaimana faktor-faktor tertentu seperti latar belakang keluarga, tekanan, dan sejenisnya dapat menjadi faktor yang penting terhadap buruknya kesehatan mental seseorang.       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun