Sehingga kita bersahabat dan bertukar bercerita sampai malam mau digantikan oleh pagi.
Perbincanganku dengan barista yang sangat humoris itu mulai menceritakan kisahnya yang ternyata begitu menyakitkan, wanita yang dulu dia cintai telah dulu menikah saat dirinya mengumpulkan uang untuk memberi mahar. Lebih dari sakit itu boy, panggilku ke barista yang sedang bercerita padaku.Â
Aku pun bergantian bercerita, bahwa wanita yang aku sudah ikat malah memilih dia yang duluan mengajak menikah. Aku berniat untuk menunggu kuliahku lulus dulu. Tapi apa daya aku yang belum punya kerja dan masih ngambang sebagai mahasiswa tingkat akhir yang masih menunggu sidang skripsi.Â
Padahal waktu itu tinggal beberapa bulan lagi. Berhubung wanita yang aku cintai lebih tua dariku, dan sudah lulus setahun yang lalu. Tertawa lepas sedikit meledek. Puas kau puas boy, ujarku kesal. Minum dulu kopimu udah dingin. Betapa kopi membuat kita dekat dan bersahabat.
Disini ternyata kita sama-sama orang patah hati yah, haduh sedih sekali. Hahaha, aku sudah gak percaya sama wanita yang katanya mau menyimpan hati. Sial sekali, betapa penyesalaan selalu datang di akhir.
Tuhan jika memang aku berdosa
Berilah aku siksaan terbaikmu,
Dan  jika aku memang berbuat kebaikan
Berilah aku surga terbaikmu.
Aku tahu, pilihanMu selalu benar
Sedangkan aku, selalu berada dalam kesalahan.
Perbaikilah aku dengan cobaanMu
Ujilah aku sesuai kemampuanku.
Minggu (05/04/2020)
-aldinurfadilah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H