Mohon tunggu...
Aldian  Kurnia
Aldian Kurnia Mohon Tunggu... Guru - Geography Teacher

Ketika ruang wacana terkekang oleh legalitas, ideologi terus berkembang selama pandai menginsafi batasan etika.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Banjir Akibat Pelanggaran HAM

4 Januari 2020   22:09 Diperbarui: 5 Januari 2020   06:17 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sebagian dari kita tidak pernah berfikir mengenai hak asasi pohon, ular, tikus, serangga dan lainnya. Dan terdengar menggelitik untuk membahasnya. Namun disitulah sikap ketidak acuhan manusia yang tidak memperhatikan hak asasi setiap makhluk hidup di muka bumi. Kalau yang dibahas HAM (Hak Asasinya Manusia) bicaranya sudah menggunakan urat, tapi tidak pernah sedikitpun kita berdiskusi para pelaku illegal logging yang telah merenggut ratusan hak asasi pohon untuk hidup berdampingan dengan burung, ular, serangga, dan makhluk lainnya.

Sudah seharusnya ditanamkan kesadaran bagi setiap peserta didik untuk memahami arti pentingnya hidup serasi dan berdampingan dengan makhluk ciptaan tuhan lainnya. Tidak selalu kita menceritakan mengenai bagaimana memenuhi kebutuhan manusia, tapi juga kebutuhan ikan, cebong, tikus, ular, pohon, wereng dan lain sebagainya.

Dengan memahami HAM (Hak Asasi Makhluk hidup), kita akan mengetahui jika semua makhluk tercipta melengkapi rantai kehidupan yang saling mengkait dan menyempurnakan. Manusialah satu-satunya makhluk hidup yang mampu memutus rantai kehidupan sehingga memunculkan ketidak seimbangan dan berdampak pada seluruh makhluk hidup.

Maka jangan salahkan air yang mengalir dari hulu Bogor ke hilir Jakarta! Dia mengalir mematuhi hukum tuhan (biasa kita sebut hukum gravitasi). Jangan salahkan tanah yang tidak mampu melakukan infiltrasi dengan maksimal. Jangan menyalahkan sungai yang meluap dan tidak mampu menampungnya. Jangan menyalahkan pintu air yang tidak sanggup menaham luapan air kiriman dari hulu. Dan jangan hanya salahkan gubernurnya saja!

Bukankah sedikitnya lahan terbuka di Jakarta, karna manusia butuh lapangan kerja dan pemukiman?. Dan Bukankah tingginya konversi lahan di wilayah hulu Bogor, karna disana kawassan favorit yang terjangkau masyarakat Ibukota?.

Di kelas kami selalu mendapatkan solusi mengenai permasalahan banjir Ibukota. Namun itu hanya sekedar hipotesis atau justru menjadi cerita fiksi karna memang tidak pernah terealisasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun