Mohon tunggu...
Aldilla Wira Nugraha
Aldilla Wira Nugraha Mohon Tunggu... Pegawai -

Selanjutnya

Tutup

Money

KITA dan BULOG

3 Juni 2018   00:00 Diperbarui: 3 Juni 2018   00:12 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan main-main kalau sudah berbicara urusan perut. Ya, kalimat itu benar adanya, apa jadinya jika di suatu negeri, masyarakatnya untuk memenuhi urusan perut, dalam hal ini kebutuhan pangan dasar, sulit mendapatkannya. Sulit dalam arti mendapatkan yang berkualitas, berstandar, dengan harga wajar. Kondisi itu mungkin sangat menyeramkan untuk dibayangkan bila terjadi pada negeri dengan jumlah penduduk 200 juta lebih ini. Pemerintah pun tidak tinggal diam, rencana demi rencana dengan bermacam strategi selalu diupayakan untuk mencapai tujuan mulia yang disebut sebagai kedaulatan pangan.

Bagaimanakah konsep kedaulatan pangan sejatinya? Apakah harus benar-benar tidak ada impor bahan pangan sama sekali? atau cukup dengan adanya produsen bahan pangan lokal yang mampu mengelola pemenuhan kebutuhan atas bahan pangan yang berkualitas. Mungkin benar negeri ini masih jauh perjalanannya untuk menjadi negeri yang berdaulat pangan, tetapi seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang berdampak pada munculnya strategi-strategi unik, bukan berarti jarak yang jauh itu mustahil untuk dicapai.

Perum Bulog, sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, melihat perlu adanya kehadiran yang nyata dari Perum Bulog di masyarakat. Biasanya Bulog baru kelihatan perannya terutama dalam berperan sebagai penjaga stabilitas harga pangan, meskipun banyak pihak yang mempertanyakan keefektifannya karena beberapa harga pangan pokok masih terus berfluktuatif. Untuk hadir secara nyata, Bulog perlu strategi untuk mampu mendistribusikan bahan pangan hingga ke tingkat pasar, bukan hanya sampai ke tangan pengusaha.

Strategi Rumah Pangan Kita (RPK) pun akhirnya muncul, dengan mengedepankan strategi kemitraan dengan masyarakat membangun simbiosis mutualisme untuk mencukupi kebutuhan bahan pangan berkualitas. Dengan 4 tahapan yang perlu dilalui, pendaftaran online, verifikasi data & survey lokasi, penetapan menjadi sahabat RPK, serta pembelian awal komoditas, masyakarat sudah bisa menjadi sahabat RPK (mitra Bulog). Sejak 2015, RPK yang hanya berjumlah 1.500 outlet telah tumbuh sebesar 20 kali menjadi 30.000 outlet di akhir 2017 dan ditargetkan sebanyak 40.000 outlet tersebar di seluruh Indonesia pada akhir 2018. Dengan pertumbuhan RPK yang terus positif, strategi ini merupakan bukti bahwa kehadiran BULOGdisekitarkita semakin nyata.

Tidak berhenti sampai situ saja, strategi lainya dari Bulog adalah menciptakan branding atas beberapa produk hasil pengelolaan bahan pangan seperti beras, gula, tepung, minyak goreng, dan daging. Tujuannya adalah untuk memperkuat eksistensi Bulog di tengah masyarakat. Dengan branding KITA, produk bahan pangan itu mulai dipasarkan melalui Rumah Pangan Kita, harga yang dipasang untuk produk KITA lebih terjangkau sesuai daya beli masyarakat dibandingkan harga pasar. Bicara soal kualitas, produk KITA telah memenuhi syarat kelayakan edar dan standar kualitas yang terjamin.

Dengan membeli produk KITA, masyarakat akan mendapatkan keuntungan ganda. Yang pertama, dari sisi pilihan produk bahan pangan, masyarakat memiliki opsi untuk menekan biaya pengeluaran bahan pangan dan tetap memperoleh bahan pangan layak edar berkualitas. Yang kedua, dari sisi perputaran ekonomi, masyarakat yang menjadi sahabat RPK tentunya memperoleh keuntungan usaha melalui kegiatan pengelolaan RPK.

Kehadiran produk KITA merupakan secercah harapan dalam upaya untuk mencapai kedaulatan pangan, kedepannya perlu ada inovasi-inovasi produk baik dari segi kualitas maupun strategi pemasaran. Harapan besar tentunya produk KITA dapat memiliki kemampuan daya saing yang berkelanjutan untuk menjadi salah satu ikon stabilisator harga pangan. Selain menjadi stabilisator, penting juga sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat terkait produk bahan pangan yang layak edar dan berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun