Seiring berjalannya waktu, kini juga dalam dhandangan diadakan event expo, seperti tahun lalu expo batik. hal ini dijadikan peluang oleh para produsen batik Kudus untuk lebih memperkenalkan karya batik Kudus supaya lebih dikenal.
Untuk mempromosikan hal itu, Disbudpar Kudus perlu bekerja sama dengan jasa travel wisata, karena merekalah yang mampu mempromosikan sejumlah paket wisata yang ada di Kudus. Ia mengatakan, sejumlah agenda tetap yang digelar setiap tahunnya, akan diinformasikan kepada pihak jasa travel wisata tersebut untuk dipromosikan kepada wisatawan.Â
Menurut dia, wisatawan yang memungkinkan turut menyaksikan tradisi khas Kudus tidak sekadar berwisata dalam waktu sebentar, melainkan harus menginap.
"Nantinya, kami siap mengundang wisatawan yang dibawa oleh jasa travel wisata tersebut untuk menyaksikannya," ujarnya.
Akan lebih menarik jika dalam tradisi dhandangan mengadakan pameran budaya dari daerah lain, bukan hanya dari sekitar Kudus saja, kalau bisa budaya dari luar pulau seperti dari Papua, Kalimantan, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Agar dapat menarik lebih banyak animo masyarakat untuk datang meramaikan tradisi tersebut. Â Dan dhandangan juga bisa menjadi sarana untuk mengundang wisatawan untuk berkunjung ke Kudus.
Kini tinggal kita sebagai generasi muda untuk tetap melestarikan tradisi tersebut, tradisi dhandangan ada pun dengan tujuan untuk membentuk dan menjaga kerukunan dan sebagai tempat memperluas budaya. Meskipun dhandangan merupakan tradisi muslim untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan, para penganut agama lain pun ikut merasakan keberkahan dhandangan. Itu menunjukkan adanya toleransi antar perbedaan yang ada. Tradisi dhandangan wajib dilestarikan agar anak cucu kita dapat menjadi saksi bahwa kota Kudus kaya akan budayanya. Â Jangan sampai tradisi hilang tergerus oleh modernisasi.
Iin Fadhilatur Rohmah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H