Dalam kondisi seperti ini, penulis tidak melihat adanya Cross and chek balance yang dilakukan oleh panitia lelang. Penulis juga tidak melihat adanya validitasi data akurat dalam lelang ini, terkesan konser musik peduli Covid hanya dilakukan untuk tujuan menghibur, jika tidak mau dibilang menghabiskan anggaran.
Aktivitas yang menggunakan anggaran negara dalam kondisi Covid-19 seperti ini seharusnya dilakukan dengan perencanaan yang matang dengan Even organizer yang berkualitas dan tidak terkesan asal-asalan atau hanya mencari keuntungan sepihak.
Saran penulis, BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Â harusnya meminta pertanggung jawaban even organizer karena output konser musik peduli Covid-19 yang amburadul dan meminta permohonan maaf secara terbuka.
Polisi juga seyogyanya tidak perlu reaktif dan apalagi melakukan penahanan terhadap M. Nuh karena kesalahan sebenarnya adalah tidak dilakukan Verfikasi data valid dan Cros chek balance yang harusnya menjadi tugas panitia lelang atau even organizer acara.
Namun, BPIP kini agak bernafas lega karena akhirnya anak pengusaha dan Juga anak Ketua Umum Partai Perindo, Warren Tanoesudibyo terpilih sebagai pemenang lelang.
M.Nuh memang bukan siapa-siapa dibanding Warren Tanoesudibyo, anak pengusaha dan pemilik media Harry Tanoesudibyo, yang berusia 19 tahun.
Tapi paling tidak, M.Nuh telah memberikan pembelajaran bagi kita semua, pentingnya Cros chek and balance.Â
Suhendra Atmaja
Penulis adalah Dosen STIKOM InterStudi Jakarta