Seperti teori yang pernah diungkapkan oleh Jaya Setiabudi pada bukunya yang berjudul "The Power of Kepepet" bahwa kreativitas manusia akan keluar pada saat terdesak.
Semua aktivitas digital yang dilakukan oleh publik adalah cara menuangkan kerinduan pada keluarga dan teman. Belum lagi ada yang berbeda dengan Ramadan di 2020 ini, tradisi mudik untuk bertemu keluarga di kampung halaman pun harus ditunda, karena kita tidak akan tahu apakah virus Covid-19 akan terbawa oleh kita saat pergi ke kampung halaman atau pulang ke rumah.Â
Dunia seolah dibuat ada jarak dengan sesama manusia yang membuat tidak bisa bertemu untuk saat ini. Tapi jika diresapi lagi, dengan bertahan untuk diam di rumah adalah cara untuk melindungi yang kita cintai dengan cara yang berbeda.Â
Satu hal yang harus disyukuri adalah masih banyak kendali penuh yang bisa kita lakukan dengan berkegiatan di rumah, seperti yang diterapkan pada filosofi stoa asal Yunani di buku "Filosofi Teras" yang ditulis oleh Henry Manampiring, bahwa kita harus fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita seperti tetap bekerja dari rumah, menjaga keluarga yang ada di rumah, dan tetap bisa bersilahturahmi walaupun dengan cara yang lain dari biasanya.Â
Kita tidak perlu memikirkan hal-hal yang di luar kendali kita, karena rasa kekhawatiran yang terjadi pada diri kita akan berdampak penurunan imun tubuh.
Semua manusia berharap Bumi kembali pulih dari pandemi untuk kita bisa melakukan kegiatan yang sudah menjadi kerinduan kita saat ini. Hal baik yang bisa kita lakukan adalah menjadi warga dengan mematuhi peraturan yang pemerintah di daerah masing-masing, tetap menjaga kesehatan yang sudah disosialisasikan, dan melindungi yang kita cintai dengan diam di rumah untuk sesaat. AD
