Mohon tunggu...
Aldi Gozali
Aldi Gozali Mohon Tunggu... Akuntan - A lifelong learner

A true learner who loves to write about business, economics, and finance. | All the articles here are originally taken from https://aldigozali.com. Visit there for more articles. | Twitter: @aldigozali | Email: aldi.gozali@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketidakadilan Finansial dalam Sebuah Arisan

17 November 2022   14:05 Diperbarui: 22 November 2022   08:55 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi uang rupiah. (SHUTTERSTOCK/MACIEJ MATLAK via KOMPAS.com)  

Mempererat tali pertemanan/persaudaraan dengan melakukan arisan bukanlah suatu hal yang aneh di tengah masyarakat kita. Malah, aktivitas ini sudah dianggap sebagai sebuah keharusan bagi beberapa kalangan.

Sebagai makhluk sosial, mempererat hubungan dengan sesama tentulah penting dan sangat dianjurkan untuk kita lakukan. Namun, apakah harus selalu berupa arisan? Bagaimana jika salah satu teman kita bukanlah orang yang mampu untuk melakukannya, apakah dia tidak berhak untuk juga ikut mempererat hubungannya dengan kita? Tolong jangan bilang kalau orang tersebut tetap bisa melakukannya namun di acara lain yang berbeda karena itu sama saja dengan diskriminasi.

Sekalipun kita asumsikan semua teman kita adalah orang yang mampu, tetap saja uang yang kita setorkan untuk arisan tiap putarannya itu tidak akan menjadi aset baik bagi kita karena uang tersebut tidak bertumbuh.

Mari kita hitung-hitungan. Anggap ada sebuah komunitas arisan konvensional (arisan biasa) yang secara keseluruhan beranggotakan 12 orang. Iuran dilakukan sebulan sekali dengan nilai Rp1.000.000 setiap bulannya selama 12 bulan. Ini artinya masing-masing anggota berhak mendapatkan Rp12.000.000 pada gilirannya nanti.

Yang perlu diketahui sebelum berhitung lebih jauh, terdapat ketidakadilan finansial dalam aktivitas ini. Maksudnya, dalam model arisan ini terdapat anggota yang diuntungkan dan yang tidak diuntungkan. Dia yang menang pertama (mendapat giliran pertama) adalah yang paling diuntungkan dan dia yang menang terakhir (mendapat giliran terakhir) adalah yang paling tidak diuntungkan. 

Meskipun judulnya sama-sama menang dengan nominal uang yang sama, tapi nilai riil yang didapat berbeda. Mengapa? Ini dikarenakan adanya pengaruh waktu pada nilai uang atau yang biasa kita sebut nilai waktu dari uang (time value of money).

Dengan contoh kasus di atas, nilai bersih yang bisa didapat masing-masing anggota adalah Rp11.000.000 setelah dikurangi iurannya sendiri untuk satu putaran. Tugas kita selanjutnya adalah membandingkan nilai tersebut saat diterima di putaran pertama dengan putaran terakhir. Pendekatan yang bisa kita gunakan untuk itu, yaitu:

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Ingat, ada dua kondisi di sini: 1) Rp11 juta yang diterima di putaran pertama dan 2) Rp11 juta yang diterima di putaran terakhir. Kondisi pertama sudah tidak perlu lagi kita utak-atik karena Rp11 juta itu sudah menjadi PV-nya. 

Sekarang kita hanya perlu mencari PV atau nilai kini uang Rp11 juta di kondisi kedua. Jumlah periodenya (n) sudah diketahui, yakni 12 bulan atau satu tahun. Selanjutnya, tingkat bunga (i) termudah yang bisa kita gunakan dalam hal ini adalah rata-rata inflasi, yang selama sepuluh tahun terakhir ini berkisar 6%. Dengan begitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun