Dari observasi yang dilakukan oleh kelompok kami adalah pengamatan tentang sosial ekonomi yang berada di sekitar gumuk pasir. Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat berupa pedagang yang menjajakan makanan dan minuman serta souvenir dan wirausahawan di bidang jasa seperti fotografi dan penyewaan jeep yang dikendarai langsung oleh pengemudi yang siap mengantarkan wisatawan lokal maupun internasional mengelilingi gumuk pasir dan lokasi wisata yang telah ditentukan.
Biaya penyewaaan yang harus dikeluarkan berkisar Rp. 350.000 hingga Rp. 800.000. Bagi masyarakat setempat yang membawa kendaraan pribadi seperti kendaraan bermotor dikenakan biaya Rp. 5.000 dan kendaraan seperti mobil hingga bis dikenakan Rp. 10.000 hingga Rp. 35.000. Pedagang yang menjajakan makanan dan minuman biasanya berupa es  kelapa, minuman kemasan atau minuman seduhan, makanan kemasan dan mie cup.
Walaupun, wisatawan dapat mengelilingi gumuk pasir untuk melihat keindahannya, wilayah gumuk pasir kini mulai mengecil dan menipis. Bahkan, jenisnya tak sebanyak dulu. Hal ini berkaitan dengan banyaknya jeep yang melintas di atas gumuk pasir merusak gumuk pasir sekaligus tanaman berupa Widara laut, Siwalan, Rumput gulung, tapak kambing, dan Pandan yang memenuhi area gumuk.
Untuk meneliti keadaan gumuk pasir dibuatlah sebuah Laboratorium alam Parangtritis Geomaritime Science Park atau Museum Gumuk Pasir atas kerjasama Bupati Bantul dan Rektor UGM pada tanggal 11 September 2015. Adanya Parangtritis Geomaritime Science Park merupakan upaya konservasi agar keberadaan gumuk pasir tetap terjaga.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H