Menilai dampak kampanye terhadap tindakan konkret pemilih, seperti partisipasi dalam pemilu atau dukungan terhadap kandidat tertentu. Ini mencakup pengukuran tingkat kehadiran pemilih di tempat pemungutan suara. Berikut evaluasi perilaku pada pilpres 2024 :
- Interaksi Kandidat dengan Pemilih - Kandidat Anies Baswedan menunjukkan perilaku proaktif dalam menjalin komunikasi dengan pemilih melalui acara tatap muka dan diskusi publik. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kedekatan emosional tetapi juga memungkinkan pemilih untuk menyampaikan aspirasi dan pertanyaan langsung kepada kandidat. Hasil survei menunjukkan bahwa pemilih merasa lebih terlibat dan memiliki rasa kepemilikan terhadap proses pemilu.
- Penggunaan Media Sosial - Kampanye Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memanfaatkan platform media sosial secara intensif untuk menyebarkan pesan kampanye. Tim kampanye mereka aktif dalam mengunggah konten yang menarik perhatian, seperti video pendek dan infografis yang menjelaskan visi dan misi. Evaluasi menunjukkan bahwa perilaku ini berhasil meningkatkan keterlibatan audiens, dengan banyaknya komentar dan berbagi konten di platform seperti Instagram dan Twitter.
- Kampanye Negatif - Kampanye negatif menjadi fenomena yang mencolok pada Pilpres 2024, di mana serangan terhadap karakter dan kebijakan kandidat lain semakin intensif. Misalnya, Anies Baswedan menghadapi kritik terkait kebijakan yang diambil saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, sementara Prabowo Subianto diserang dengan isu-isu masa lalu yang kontroversial. Evaluasi menunjukkan bahwa meskipun kampanye negatif dapat menarik perhatian, banyak pemilih yang merasa jenuh dan lebih memilih untuk fokus pada gagasan positif daripada serangan pribadi.
- Respons Masyarakat Terhadap Ujaran Kebencian - Penelitian oleh Monash University dan Aliansi Jurnalis Independen Indonesia menemukan peningkatan ujaran kebencian selama masa kampanye, terutama di media sosial. Perilaku ini menciptakan suasana ketegangan di kalangan masyarakat, di mana pemilih minoritas merasa terancam. Respons masyarakat menunjukkan bahwa banyak yang mengutuk perilaku ini dan menyerukan kampanye yang lebih beretika dan konstruktif.
4. Evaluasi Strategis
Menganalisis efektivitas strategi yang digunakan dalam kampanye, termasuk saluran komunikasi yang dipilih, penggunaan media sosial, dan pendekatan langsung kepada pemilih. Berikut Evaluasi Strategis pada kampanye Pilpres 2024 :
- Strategi Mobilisasi Massa - Kampanye Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo menunjukkan pendekatan yang sama dengan berkampanye di basis suara Prabowo Subianto, yaitu di Banten dan Jawa Barat. Strategi ini bertujuan untuk menunjukkan kekuatan dan dukungan mereka di daerah yang selama ini dianggap sebagai basis kuat lawan. Evaluasi menunjukkan bahwa mobilisasi massa yang besar di daerah tersebut memberikan kesan bahwa kedua kandidat memiliki potensi untuk menarik pemilih di wilayah yang sebelumnya dianggap sulit dijangkau
- Penggunaan Media Sosial - Pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memanfaatkan media sosial secara efektif, mengikuti algoritma untuk menjangkau pemilih muda. Mereka menggunakan konten kreatif di platform seperti TikTok dan Instagram untuk menarik perhatian generasi milenial. Evaluasi menunjukkan bahwa strategi ini berhasil meningkatkan branding politik mereka, dengan banyaknya interaksi positif dari audiens
- Kampanye Tanpa Kekerasan - Prabowo-Gibran menekankan pentingnya kampanye damai tanpa kekerasan, baik secara fisik maupun verbal. Mereka berkomitmen untuk tidak menggunakan fitnah dalam upaya menaikkan popularitas. Evaluasi menunjukkan bahwa pendekatan ini diterima baik oleh masyarakat, yang menginginkan suasana pemilu yang kondusif dan beretika
- Gerak Cepat dan Mencuri Start - Pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Amin) menerapkan strategi "mencuri start" dengan segera bergerak ke berbagai daerah untuk meningkatkan popularitas sebelum kandidat lain menetapkan strategi mereka. Dengan mengunjungi basis suara di Jawa Timur dan daerah lain, mereka berusaha membangun dukungan awal yang kuat. Evaluasi menunjukkan bahwa langkah ini memberikan keuntungan kompetitif dalam hal visibilitas dan elektabilitas.
- Personal Brand Transformation - Kandidat menggunakan simbolisme yang mudah diingat untuk menciptakan narasi yang kuat dengan segmen pemilih tertentu. Misalnya, Anies dikenal sebagai "pangeran bersarung", sementara Prabowo dikenal sebagai "catlovers". Strategi ini membantu dalam membangun identitas politik yang menarik bagi masyarakat. Evaluasi menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif dalam meningkatkan daya tarik kandidat di kalangan pemilih muda
5.Evaluasi Komparatif
Membandingkan hasil kampanye dengan kampanye sebelumnya atau dengan kandidat lain untuk menentukan posisi relatif dan efektivitas strategi yang diterapkan. Evaluasi komparatif kampanye politik Pilpres Indonesia 2024 dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai aspek dari masing-masing kandidat, termasuk strategi, efektivitas, dan respons masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh evaluasi komparatif yang dapat dilakukan:
a. Strategi Kampanye
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin):
- Menggunakan pendekatan kampanye berbasis komunitas dengan fokus pada dialog langsung dengan pemilih.
- Memanfaatkan media sosial secara aktif untuk menjangkau pemilih muda, dengan konten kreatif yang menarik.
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka:
- Menekankan pada kampanye yang damai dan tidak menggunakan kampanye negatif.
- Memanfaatkan kekuatan jaringan partai Gerindra dan dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat untuk memperluas jangkauan.
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD:
- Menggunakan kombinasi kampanye konvensional dan digital, dengan fokus pada isu-isu kebijakan yang relevan bagi masyarakat.
- Melakukan lebih banyak perjalanan ke daerah-daerah untuk membangun koneksi langsung dengan pemilih.
b. Efektivitas Kampanye
- Anies Baswedan:
- Mampu menarik perhatian media dan publik melalui acara kampanye yang melibatkan masyarakat secara langsung. Namun, tantangan muncul dalam hal konsistensi pesan.
- Prabowo Subianto:
- Meskipun berhasil dalam meraih suara signifikan di pemilu, partai Gerindra tidak mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pemilu legislatif, menunjukkan adanya gap antara popularitas kandidat dan dukungan partai.
- Ganjar Pranowo:
- Memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi di media sosial dan berhasil menyampaikan pesan-pesan kebijakan dengan jelas. Respons masyarakat terhadap kampanyenya cenderung positif.
c. Respons Masyarakat
- Anies Baswedan:
- Mendapatkan dukungan kuat dari segmen-segmen tertentu, tetapi juga menghadapi tantangan dari kritik terhadap kebijakan masa lalu saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
- Prabowo Subianto:
- Meskipun memiliki basis dukungan yang solid, persepsi negatif terkait masa lalu politiknya masih menjadi penghalang bagi sebagian pemilih.
- Ganjar Pranowo:
- Respons masyarakat terhadap program-program sosial yang diusungnya menunjukkan sikap positif, terutama di kalangan pemilih muda dan kelas menengah
6. Evaluasi Biaya dan Manfaat
Menghitung biaya yang dikeluarkan dalam kampanye dibandingkan dengan hasil yang diperoleh, seperti jumlah suara yang didapat atau peningkatan citra publik. Evaluasi biaya dan manfaat dalam kampanye politik Pilpres Indonesia 2024 dapat dilakukan dengan menganalisis pengeluaran dana kampanye masing-masing pasangan calon dan dampaknya terhadap hasil pemilu. Berikut adalah beberapa contoh evaluasi yang dapat dilakukan:
a. Pengeluaran Dana Kampanye
- Ganjar Pranowo-Mahfud MD:
- Total pengeluaran: Rp 506,89 miliar.
- Sumber penerimaan: Rp 506,89 miliar.
- Manfaat: Dengan pengeluaran terbesar, pasangan ini berhasil menarik perhatian luas dan membangun citra positif, yang tercermin dalam dukungan tinggi dari pemilih di berbagai survei.
- Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka:
- Total pengeluaran: Rp 207,58 miliar.
- Sumber penerimaan: Rp 208,20 miliar.
- Manfaat: Meskipun pengeluaran lebih rendah dibandingkan Ganjar-Mahfud, pasangan ini tetap mampu mempertahankan basis dukungan yang kuat berkat strategi kampanye yang efektif melalui media sosial.
- Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar:
- Total pengeluaran: Rp 49,34 miliar.
- Sumber penerimaan: Rp 49,34 miliar.
- Manfaat: Meskipun memiliki pengeluaran terendah, pasangan ini berhasil membangun loyalitas di segmen tertentu, meskipun tantangan dalam memperluas jangkauan dukungan tetap ada.