Mohon tunggu...
Aldie Aiman. M
Aldie Aiman. M Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa, Content Creator

Seorang mahasiswa. Hobi dengan dunia Perkeretaapian dan Photography, saya menulis artikel banyak sekali mengenai perkembangan, histori tentang dunia Perkeretaapian maupun tentang hasil bidikan dari kamera.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Nyatanya Pengendara Lebih Takut di Lampu Merah Perempatan Dibanding Lampu Merah Pintu Palang KA

27 Agustus 2018   10:29 Diperbarui: 27 Agustus 2018   10:32 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu Merah Isyarat Bahaya atau Berhenti

Ini memang sebuah intermezzo mengenai apa yang terjadi dijalan raya. Terutama dengan orang-orang yang daerahnya di lintasi jalur kereta api. Kenapa setiap pengguna jalan raya apalagi pengendara sepeda motor lebih takut dengan lampu merah yang berada di pertigaan atau perempatan jalan dibanding dengan lampu merah yang menempel di pintu palang kereta api ?

Ada yang bilang di setiap pertigaan atau perempatan pasti ada pos polisi jadi mereka akan berhenti karena takut di tilang, coba kalau diperlintasan KA hanya ada pos jaga JPL tapi mereka tidak tahu kalau sedang berhadapan dengan kendaraan yang jauh lebih keras dari kendaraannya.

Memang sebuah ironi bagi pengendara yang katanya sudah 'ber SIM' tetapi masih mengabaikan keselamatan dirinya sendiri apalagi sambil membonceng rekan atau keluarganya. 

Padahal bila kita tengok pintu perlintasan KA sudah di atur oleh UU Perkeretaapian No. 23 Tahun 2007 Pasal 124 mengenai "Pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan raya, pemakai jalan raya wajib mendahulukan perjalanan kereta api". 

Segala upaya pemerintah dan pihak operator sudah dilakukan untuk menghilangkan rasa ego pengendara saat melintasi pintu perlintasan KA seperti iklan-iklan yang menayangkan bahaya menyerobot pintu palang dan menambahkan CCTV di setiap perlintasan KA serta sosialisasi di jalan raya. Nyatanya masih saja bahkan banyak sekali yang berani menantang maut seolah-olah memiliki nyawa ganda saat di perlintasan KA. 

Lampu Merah Isyarat Bahaya atau Berhenti
Lampu Merah Isyarat Bahaya atau Berhenti
Pemandangan ini memang lazim di lihat pada perlintasan-perlintasan di jalan raya yang ramai lalu-lintasnya, ketika sirine perlintasan berbunyi mereka berlomba-lomba agar tak terhalang dengan pintu palang, mengangkat pintu palang bak atlet dan nekat menyerobot seperti orang so' sibuk. 

Padahal bila ada suatu kejadian pengendara jalan raya yang menabrak KA mereka tidak tahu bahwa telah merugikan banyak orang seperti mengganggu pengendara lain, mengacaukan konsentrasi masinis KA, serta membuat trauma mendalam dan rasa bersalah bagi penjaga pintu perlintasan KA atas kecerobohan pengendara yang nekat menyerobot. Selain itu KA tidak bisa di salahkan, karena kereta api berjalan di jalannya sendiri.

Menunggu KA Melintas Salah Satu Pemandangan Menarik, Apalagi Sedang Membawa Anak-Anak
Menunggu KA Melintas Salah Satu Pemandangan Menarik, Apalagi Sedang Membawa Anak-Anak
Sulitnya mendisiplinkan diri serta ketidaksabaran pengguna jalan raya di perlintasan KA menjadi cerminan berkendara, hanya memakan waktu 1-5 menit untuk mempersilahkan KA melintas. Padahal mereka tahu bahwa kereta api tidak bisa mengerem secara mendadak. 

Ketika di perempatan jalan saat lampu merah berhenti, kok di perlintasan KA malah nyerobot ? khan sama-sama ada lampu merahnya'. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat akan menyerobot pintu perlintasan KA, telat 1 detik saja nyawa taruhannya. Oleh karena itu bersabar adalah kunci utamanya dan menunggu hingga kereta api nya lewat bisa menjadi tontonan yang menarik, iya toh ?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun