Mohon tunggu...
Aldi Dzikri Sholihin
Aldi Dzikri Sholihin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"To get something you never had, you must do something you never did"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asal-usul Uang Kertas

24 September 2019   23:02 Diperbarui: 1 Desember 2019   16:04 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum adanya uang, manusia melakukan transaksi dengan saling menukar barang atau kita kenal dengan istilah barter. Istilah barter ini telah diperkenalkan oleh Bangsa Mesopotamia zaman Babilonia Kuno pada tahun 6000 S.M.

Namun seiring berjalannya waktu, hal ini dirasakan sangat kurang praktis karena manusia harus membawa barangnya kemana-mana untuk bisa melakukan transaksi.

Kemudian datanglah bankir pedagang emas dengan menawarkan solusi, yakni menukar barang-barang dengan emas agar transaksi bisa dilakukan dengan lebih praktis. Harga barang ditentukan oleh satuan emas pada saat itu.

Ternyata tak hanya emas, perak dan tembaga pun dijadikan sebagai alat tukar menukar barang karena dianggap sebagai benda yang memiliki harga jual yang tinggi.

Ketika seseorang memiliki emas dalam jumlah yang cukup banyak, maka mulailah terjadi perampokan dan pencurian emas dimana-mana. Setelah itu datang kembali bankir emas dengan menawarkan solusi baru, yakni membuka tempat penyimpanan emas dengan ditukar dengan surat utang.

Setelah adanya solusi baru tersebut, mulailah orang-orang berdatangan untuk menyimpan emas mereka di tempat penyimpanan yang mereka anggap sangat aman itu dengan ditukar dengan surat utang yang istilahnya "I OWE YOU/I.O.U" (saya berhutang padamu).

Contoh : jika menyimpan $100 emas, maka akan ditukar dengan surat utang yang tertulis "I.O.U $100 Gold".
Mulailah persepsi yang salah muncul bahwa surat utang tadi yang tak ada harganya, jika dikeluarkan oleh Bankir maka diyakini sebagai kertas yang memiliki harga sama dengan emas.

Kebanyakan orang tak mengerti dan tak bisa membedakan antara Money (Uang) dan Currency (Mata Uang). Money = Memliki Nilai Intrinsiknya sama dengan emas, namun Currency = Tidak memiliki nilai instrinsik. Dengan demikian maka terjadilah Inflasi, harga-harga akan melambung tinggi.

Tahun 2018 Dewan Gubernur Federal Reserve melaporkan bahwa " Uang yang beredar di Amerika Serikat berjumlah $1,46 Trilyun Dollar" sementara cadangan emas amerika hanya berjumlah $11 Milyar Dollar.

Artinya cadangan emas hanya 0,8% dari jumlah uang yang diedarkan.  Kemudian juga laporan keuangan di Indonesia pada tahun 2014 mengatakan "Uang yang beredar di indoensia berjumlah Rp. 564 Trilyun" sedangkan cadangan emas Indonesia hanya berjumlah Rp. 36,7 Trilyun".

Artinya cadangan emas hanya 6,3% dari jumlah uang yang diedarkan. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa "Yang tadinya jumlah uang beredar akan sama dengan cadangan emas, justru kini tak ada hubungannya antara cadangan emas dengan jumlah uang yang beredar".

Semua hal mungkin akan berubah apabila dengan bertransaksi tidak menggunakan uang kertas, namun uang Dinar dan Dirham yang memiliki nilai intrinsik yang nyata.

Wallahu'alam, semoga bermanfaat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun