Mohon tunggu...
Alvin Revaldi
Alvin Revaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencinta buku

Pencinta cerita fiksi dan fantasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ether (Luminiferous Aether)

15 April 2022   14:21 Diperbarui: 15 April 2022   14:30 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku tidak akan pernah bisa senang kembali Rey, harusnya kau udah tau itu. Dan oh ya, untuk apa aku merasa senang dengan kehadiran seorang pengkhianat sepertimu" balas Dain dengan sinis. Aku rasa mereka dulunya memiliki hubungan yang dekat sebagaimana hubunganku dengan Rey.

"Cuihh, kau sama saja dengannya Dain. Tidak tau terima kasih. Aku telah mendampingimu hingga kemudian kau bisa menjadi penguasa dan pangeran dari peradaban yang luar biasa dan bangsa yang makmur, Khaenriah. Lantas kau bilang aku penghianat? Tapi baiklah aku terima julukan itu karena memang beberapa waktu lalu aku juga telah mendapat julukan yang sama dari partner perjalananku yang lain" hening sejenak sebelum kemudian Rey menginjakkan kakinya di tanah. Aku terkejut, ternyata selama ini Rey bia menginjakkan kakinya ke tanah? Dia benar-benar pengkhianat yang mempu menyembunyikan segalanya.

"keluarlah Aether, aku tau kau disana. Mari kita mengobrol bersama kawan-kawan" ia menaiki anak tangga dan duduk di bekas singgasana itu

"Aku tau kau penasaran dengan pembuat pedang kegelapan ini, bukankah demikian? Hahaha. Dialah penciptanya. Dia ditawari Tsaritsa untuk membuat pedang itu dan dia akan diberi imbalan berupa kematian. Tapi sayang sekali, Tsaritsa bahkan telah mati."

"Maafkan aku Aether, aku tidak tahu kalau pedang itu akan digunakan untuk membunuhmu dan Lumine" sesal Dain. Aku tau dia berterus terang karena dia memang tidak pernah memihak para Dewa apalagi Calestia.

"jangan khawatir Dain, aku sepenuhnya percaya padamu. Aku tau kehidupan abadimu begitu menyiksamu. Oleh karena itu kau menerima tawaran Tsaritsa untuk membuat pedang itu" jawabku sambil mendekat padanya dan menepuk pundaknya.

"bukankah sekarang kita memiliki tujuan yang sama Aether? Aku yakin kau memikirkan hal yang sama denganku" dia mengatakannya dengan semburat senyum inisiasi.

"yaahhh, tentu. Kurasa kita satu pemikiran. Ayo kita selesaikan" aku dan Dan langsung mengeluarkan pedang kami dari udara kosong lalu menyambar Rey secepat kilat.

Rey tidak pernah terpikir mungkin kalau aku dan Dain dapat bekerja sama tanpa kontrak. Tubuh Rey langsung terpelanting jauh hingga membentur dinding. Kami dengan sisa kekuatan yang ada langsung mengumpulkannya tepat pada pedang kami dan menyatukannya. Aku tidak pernah paham bagaimana ini bekerja, tapi penyatuan energi kegelapan Dain dan energi cahayaku yang dibalut oleh tujuh elemen lain ternyata berhasil. Mungkin ini disebabkan adanya balance antara energiku dan energi Dain. Kami berusaha memusatkan seluruh energi kepada Rey yang masih berusaha bangun. Dia nampaknya melemah saat menyentuh tanah, aneh hal ini baru aku sadari saat kami hampir menyelesaikan ini.

Tanpa aba-aba kami melepaskan seluruh energi yang terkumpul tepat ke arah Rey. Semburat cahaya abu-abu dan dihiasi oleh warna pelangi mengarah tepat ke arah Rei. Sepersekian detik kemudian Rey telah sirna akibat energi yang sebenarnya tidak kami duga bisa sebeasar itu. Dan kisah kami, belum berakhir.

Selepas musnahnya Rey, kami masih bimbang untuk memutuskan apa yang kami lakukan. Aku kemudian teringat pesan Lumine bahwa aku harus tetap mewujudkan impiannya untuk mengelilingi seluruh semesta yang ada. Tanpa pikir panjang, aku mengajak Dainsleaf untuk bertualang bersamaku mengelilingi semesta. Lagi pula kami berdua adalah mahluk abadi. Dan tanpa perlu berlama-lama ia menyetujuinya. Erosi waktu tidak akan bermakna bagi kami. Selain itu juga Teyvat telah bebas dari belenggu Calestia dan para Archon. Kami pergi lagi, bukan untuk berhenti tapi bersama membasmi segala bentuk penindasan dan ketidakadilan. Lumine, lihatlah kakakmu yang akan membuatmu bangga. Semoga suatu hari nanti disaat yang tepat kakak dapat menyusulmu, adikku.

Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun