Pengembangan ekonomi wilayah adalah suatu proses untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu wilayah dengan mengelola sumber daya alam dan memanfaatkan sumber daya buatan, sumber daya manusia, dana dan teknologi untuk menciptakan berbagai peluang dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi.Dengan tujuannya guna untuk membantu sektor swasta dan masyarakat di dalam wilayah tersebut dalam memanfaatkan peluang-peluang pengadaan bisnis lokal dan pemembangunan kemampuan agar dapat memanfaatkan peluang-peluang bisnis industri pertanian tersebut.
Pengertian Pusat dan Sub Pusat Pelayanan Kota
Pusat kota merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi. Jika dilihat dari fungsinya, pusat kota merupakan tempat sentral yang bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerahdaerah di belakangnya, mensuplainya dengan barang-barang dan jasa-jasa pelayanan, jasa-jasa ini dapat disusun menurut urutan menaik dan menurun tergantung pada ambang batas barang permintaan. Sedangkan pengertian sub pusat pelayanan kota adalah suatu pusat yang memberikan pelayanan kepada penduduk dan aktivitas sebagian wilayah kota, dimana ia memiliki hirarki, fungsi, skala, serta wilayah pelayanan yang lebih rendah dari pusat kota, tetapi lebih tinggi dari pusat lingkungan.
Teori Growth Pole (Kutub Pertumbuhan) dan Pusat Pertumbuhan
 Perroux (1970) mendefinisikan sebuah kutub pertumbuhan sebagai suatu kumpulan industri yang akan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena industri-industri tersebut mempunyai kaitan kemuka (forward linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat dengan industri unggul. Perroux (1970) mengatakan pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan.
Adanya growth pole, akan menimbulkan trickling down dan polarization effects suatu pertumbuhan ekonomi. Trickling down dan polarization effects suatu pertumbuhan ekonomi ditemukan oleh Hirschman (1958). Ia berpendapat bahwa karena potensi sumber daya yang tidak seragam dan tidak merata antara region satu dengan region lainnya maka region-region dalam sebuah negara akan tumbuh tidak sama dan tidak seragam. Untuk dapat tumbuh dengan cepat, suatu negara perlu memilih satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang mempunyai potensi paling kuat.
Teori Spread-Backwash Effects Ekonomi Dalam Tata Ruang
Menurut Myrdal (1967), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (Backwash Effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (Spread Effects) terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukan menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah.(Kuncoro, 2003)
Menurut Myrdal (1967), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan (Backwash Effects) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (Spread Effects) terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan cenderung meningkat bukan menurun, sehingga mengakibatkan ketimpangan antar daerah.(Kuncoro, 2003).
Trickling Down dan Polarization Effects Suatu Pertumbuhan Ekonomi
Hirschman , Albert O (1970) Membedakan daerah di suatu negara menjadi daerah kaya dan daerah miskin. Dimana jika ada perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin menyempit berarti terjadi imbas yang baik atau disebut Trickling Down Effect. Sedangkan jika perbedaan antara daerah kaya dan daerah Indeks Ketimpangan PDRB PerKapita Sumber : Todaro, 2000 miskin itu melebar maka terjadi imbas yang kurang baik atau terjadi proses pengkutuban atau Polarization Effect.