Penangkapan Kapal Ikan Vietnam dan Kerinduan "Tenggelamkan ala Susi."
 TNI AL Tangkap 2 Kapal Vietnam bermuatan 15 ton ikan di natuna Utara, demikian judul berita di kompas.com (26/07/2022). Setelah sekian lama tidak ada berita tentang penangkapan kapal ikan, berita ini terasa seru. Apakah pencurian ikan oleh kapal asing sudah jarang atau tidak ada, sehingga penangkapan tidak ada?
Atau pencurian masih berlangsung, namun jarang tertangkap TNI AL kita? Rasanya semasa Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, maka penangkapan merupakan berita harian atau mingguan yang menghiasi media kita.
Kita seakan rindu dengan suara Susi yang menggelegar,"TENGGELAMKAN!" Dan memang seru melihat kapal ditenggelamkan. Dan kapal asing seakan takut dan enggan untuk mencuri di perairan Indonesia.
Nah pertanyaan atas berita sebagaimana dikutip diatas menjadi relevan. Apakah pencurian kurang atau pencurian tetap banyak, namun penangkapan yang kurang? Mungkinkah ada penangkapan tanpa pemberitaan? Atau mungkinkah terjadi pencurian tanpa ada penangkapan?
Menjaga kedaulatan wilayah dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) bukan perkara mudah. Luasnya lautan yang harus dijaga TNI AL tidak sebanding dengan jumlah kapal patroli kita. Masih timpang.
Apalagi dengan pergantian Menteri Kelautan dan Perikanan pasca kasus yang menimpa Menteri Kelautan dan Perikanan Eddy Prabowo, suara penangkapan kapal ikan yang mencuri di laut kita tak lagi bergaung dan bergema. Seakan ditelan laut juga.
Apakah koordinasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan dengan TNI AL yang kurang? Atau hanya menunggu inisiatif TNI AL yang mengadakan patroli? Apakah permainan di laut kembali marak dan main mata dengan kapal asing pencuri ikan?
Kita tidak yakin bahwa pencurian ikan di laut kita berkurang. Peristiwa penangkapan kapal ikan Vietnam oleh TNI AL itu mungkin hanyalah sebagian kecil dari pencurian ikan oleh kapal asing.
Memang, penangkapan kapal ikan yang mencuri di laut kita dan termasuk kawasan ZEE membutuhkan keinginan politik yang kuat untuk penegakan hukumnya. Tenggelamkan dengan gaya Susi mungkin jauh lebih efektif dari sekedar patroli apa adanya.
Sepertinya pencurian ikan oleh kapal asing sudah kembali marak seperti sebelum teriakan tenggelamkan gaya Susi.
Mungkin gaya sekarang bukan lagi tenggelamkan, namun penegakan hukumnya perlu diperluas. Di tengah krisis pangan yang akan melanda dunia, penangkapan ikan di laut kita perlu digalakkan. Supaya nelayan kita tidak kalah dengan kapal asing pencuri ikan, maka penangkapan kapal pencuri ikan di laut kita harus digalakkan.
Peningkatan jumlah kapal patroli TNI AL haruslah memadai untuk menjaga kedaulatan bangsa kita atas wilayah laut kita. Pesawat tempur kita butuhkan, namun kapal patroli laut untuk menjaga keadaulatan bangsa kita atas laut kawasan ZEE kita juga sangat penting.
Dengan  jumlah kapal dan aparat TNI AL yang memadai, kita harapkan bahwa penangkapan kapal asing pencuri ikan akan efektif. Dengan efektifnya hal itu akan membuka peluang nelayan kita untuk bisa memperoleh ikan di laut kita.
Ungkapan 'Jalesveva Jayamahe' Â yang bermakna "Justeru di lautan kita menang" atau "Kejayaan kita ada di laut" hendaknya tidak hanya sekedar jargon. Â Hendaknya hal itu terwujud sehingga kedaulatan wilayah laut kita bisa terjaga. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H