Anies, Kenapa Dibanjiri Pertanyaan Tentang Banjir?
Ketika Anies Baswedan menghadiri acara Jakarta Menyapa di Jakarta International Stadium dengan kader PKK muncul pertanyaan tentang banjir. Kenapa wartawan harus bertanya tentang banjir dalam acara Jakarta Menyapa dengan kader PKK? Wartawan kurang pertanyaan atau masalah banjir tak boleh ditanya kepada Anies Baswedan?
Setelah memberikan keterangan soal agenda di JIS, Anies menawarkan media apakah ada pertanyaan lain untuknya. Ia harus segera meninggalkan lokasi karena mesti menghadiri resepsi. Seorang wartawan lalu menanyai banjir, tapi Anies memilih tidak menjawabnya. Nah lo, baru wartawan merasakan sakitnya tidak dijawab kan? Siapa suruh menanyakan soal banjir? Ditawarkan untuk bertanya, tapi tidak dijawab.
  "Eh, ini dulu, PKK," demikian tangkisan Anies Baswedan lalu pergi meninggalkan lokasi JIS. (Tribun Jakarta 16 juli 2022)
Menurut laporan Tribun Jakarta, bahwa dalam situs BPBD Jakarta pukul 19.32 terdapat banjir di 24 RT di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Jam 20.35, No Data. Bisakah banjir hilang seketika atau sekitar satu jam? Bisa ya, bisa tidak. Tapi catatannya kan bukan tidak ada banjir. Tidak ada data. Datanya dihapus atau dihilangkan, atau banjirnya dihilangkan? Kita pun tidak tahu.
Tapi mungkin wartawan kurang paham tentang Anies Baswedan. Kalau acara PKK, yang boleh ditanyakan seharusnya ya menyangkut PKK. Proporsionallah. Namun namanya juga wartawan. Boleh menanyakan apa saja yang menyangkut tugas dan wewenang pejabat tersebut. Masa harus menunggu pejabatnya membicarakan sesuatu baru boleh nanya. Jadi Anies Baswedan juga kurang memahami wartawan yang suka nanya apa saja, kapan saja dan dimana saja.
Pilihan Anies Baswedan tidak menjawab juga itu hak dan gaya masing-masing pejabat. Lalu wartawan menulis apa adanya juga menjadi hak dan gaya wartawannya juga. Jadi Anies dan wartawan masing-masing dengan gayanya.
Nah, sang wakil Gubernur yang berada di lokasi yang sama juga memberikan penjelasan tentang banjir tersebut. Dia tidak mengelak. Bahkan Wagub memuji program banjir.
  "Alhamdulilah, sekalipun ada hujan deras, tidak ada banjir yang signifikan. Hanya ada beberapa genangan," kata pria yang akrab disebut Ahmad.
  "Program-program banjir itu cukup berhasil ya," jawabnya singkat menjawab pertanyaan wartawan.
Nah beruntunglah wartawan ada Wagub Ahmad Reza Patria yang menjawab pertanyaan tentang banjir. Memang menangani banjir dan Pandemi Covid-19 banyak Wagub yang menangani dan menjelaskan ke wartawan.
Lalu wartawan keberatan dengan pernyataan dan jawaban Wagub yang mengatakan tidak ada banjir yang signifikan? Keberatan dengan penjelasan bahwa yang ada hanya genangan? Ya monggo saja. Itu hak wartawan.
Apakah genangan air setinggi 130 cm masih dianggap genangan? Apakah bagi warga di 24 RT di Jakarta air setinggi 130 cm dianggap banjir? Ini soal persepsi saja bukan? Warga menggap air setinggi 130 cm sudah masuk kategori banjir, sementara menurut Wagub Ahmad Patria masih dianggap genangan? Ini kan soal persepsi dan pendapat juga. Yang merasakan bahwa itu banjir kan warga yang kebanjiran. Menurut Wagub itu genangan.
Apakah istilah banjir dan genangan tidak berbeda? Kalau berbedapun, itu namanya perbedaan pendapat. Dan itu wajar kan? Sebagai negara demokrasi wajarlah ada perbedaan pendapat. Warga harus menghadapi banjir yang dianggap Wagubnya hanya genangan, yah tidak usah diratapi. Anggap saja nasib sebagai warga negara.
Jadi warga dan wartawan harus move on. Wartawan jangan lagi menanyakan banjir ke Anies Baswedan. Dia masih mau pergi ke resepsi. Habis dari resepsi, dia sidak fenomena Dukuh Atas. Malam mingguan di SCBD yang terkenal dengan anak Citayam tersebut. Anies Baswedan kan melaporkan kegiatannya di Dukuh atas.
  "Lagi sidak fenomena SCBD", demikian laporannya di Instagramnya.
Nah kan Anies melapor ke warganya melalui IG. Kurang apa lagi? Kan Anies baik-baik saja di Dukuh Atas lagi malam mingguan dan sidak. Apakah Anies tidak boleh sidak ke Dukuh Atas untuk meliha fenomena? Bolehlah.
Sekali lagi, para wartawan harus paham dan mengerti apa yang boleh ditanyakan ke Anies Baswedan, jika pertanyaannya ingin dijawab. Tidak ada gunanya membanjiri pertanyaan tentang banjir dalam acara kader PKK. Tanyalah soal PKK. Itu namanya proporsional dn diplomasi silat lidah.
Warga tidak usah teriak bahwa 130 cm itu banjir. Menurut petinggi DKI Jakarta, itu hanya genangan. Jika air masih tinggi, tunggulah sampai surut. Kalau sudah surut, bersihkanlah rumahmu. Jangan mengeluh, karena tidak ada gunanya. Anies  masih sibuk mengurus resepsi dan SCBD. Wagub mengganggap itu hanya genangan.
Sabarlah ya. Orang sabar itu dikasihani Tuhan kok. Tuhan kasihan lihat warga yang banjir. Apakah Tuhan suka melihat Anies yang tak mau menjawab banjir? Ahmad Patria yang menganggap itu hanyalah genangan? Kalau itu harus ditanya pak SBY, apakah Tuhan suka atau tidak suka melihat itu.
Banjir, genangan, kenapa banjir? Kenapa hujan deras turun? Kenapa air hujan tidak mengalir saja terus ke laut? Kenapa air itu harus menggenang dulu dan membanjiri rumah warga? Anggap saja itu peristiwa alam yang harus dihadapi warga dan tak perlu ditanya kepada penguasa. Nikmati sebagai warga negara, bahwa banjir adalah bagian nasib yang harus dinikmati. Yang tidak bisa menerimanya? Silahkan move on.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H