Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Anies Tutup Holywings, Biarkan Izin ACT, Adakah Standar Ganda?

11 Juli 2022   07:10 Diperbarui: 12 Juli 2022   23:18 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies, Tutup Holywings, Biarkan Izin ACT, Adakah Standar Ganda?

Gegara sebuah iklan minuman keras Holywings ditutup Pemprov DKI Jakarta. Semua gerai Holywings di Jakarta ditutup. Tanpa ampun. Beribu karyawannya tidak tahu entah kemana, tidak peduli. Berbagai kesalahan izinnya dicari. Segera ditemukan. Kesalahan harus dihukum. Anies Baswedan sangat lugas dan tegas.

Aksi Cepat Tanggap sebuah yayasan memperoleh  izin operasional dari PTSP DKI Jakarta. Penyalahgunaan uang bantuan oleh ACT diungkap majalah Tempo. Kementerian Sosial sudah mencabut izin Pengumpulan Uang dan Barang (PUB). PPATK telah membekukan 60 rekening Yayasan ACT di 33 lembaga penyedia jasa keuangan.

Anies Baswedan tidak mencabut izin Yayasan ACT. Alasannya menghargai proses hukum. Harus berdasarkan data. Berbagai alasan dikemukakan agar ACT bisa terus beroperasional. Tidakkah bisa dicabut izin sementara sampai proses hukum selesai? Adakah standar ganda untuk Holywings dan ACT. Anies tegas dan lugas berdalih dan mencari alasan pembenaran.

Kasus Holywings dengan kasus ACT bisa diargumentasikan berbeda. Namun bisa juga ada persamaannya. Perbedaannya, satu adalah perusahaan bisnis bar dan klub. Mungkin Holywings adalah sekumpulan orang berdosa yang hanya memikirkan hedonisme dan tidak mengindahkan nilai agama. Para pelakunya makhluk yang tidak memiliki predikat tokoh agama seperti ustadz atau pendeta.

ACT adalah lembaga filantropis bertaraf internasional dan dikelola oleh tokoh agama. Pendiri dan pengelolanya adalah ustadz yang tahu diri dan hanya mengambil jatahnya saja.  Pernyataan pendirinya yang mengambil gaji 250 juta sebulan, mobil hanya Alphard, Pajero dan mobil mewah lainnya. Mobilnya bukan Inova atau Avanza.

ACT menyalahgunakan bantuan dan santunan dari Boeing untuk korban pesawat Lion sejumlah 136 miliar.  Mereka mengambil uang santunan  tersebut untuk digunakan membayar gaji yang menurut pendiri ACT itu bagiannya saja. Apakah mereka berhak memakai bantuan dan santunan  untuk korban Lion menjadi gaji dan fasilitas pengelola Yayasan ACT yang katanya untuk amal?

Data yang diungkapkan oleh Majalah Tempo cukup jelas. Unsur pelanggaran hukumnya jelas. Lalu data apalagi yang dibutuhkan Anies untuk mencabut izin ACT? Jika belum mencabut izin secara permanen, minimal pencabutan izin sementara. Anies Baswedan seakan memberlakukan standar ganda untuk kesalahan Holywings dan ACT.

Apakah faktor kerjasama dan kepentingan ACT dengan Anies Baswedan menjadi alasan dan pertimbangan untuk tidak mencabut izinnya? Bisa ya atau tidak. Tetapi berbicara pelanggaran hukum dan izin, tidak boleh ada faktor subjektif. Walau dalam kenyataan seperti itu yang sering  terjadi.

Standar ganda penegakan hukum memang sering terjadi. Seseorang yang diduga melakukan pelanggaran hukum  bisa langsung tertangkap tangan, lalu dijebloskan ke penjara. Dia langsung diberhentikan sementara sampai putusan hukum yang berkekuatan yang tetap. Ada yang langsung dipecat tanpa ampun, tanpa menunggu proses hukum. Prinsip praduga tidak bersalah seringkali juga diberlakukan standar ganda.

Seseorang yang dianggap lemah, hukum langsung diberlakukan. Kepada seseorang yang dianggap kuat, hukum agak lamban diberlakukan. Makanya ada istilah hukum tajam ke bawah, namun tumpul ke atas. Kepada rakyat bawah hukum langsung berlaku, sementara kepada orang atas para elit dan penguasa, hukum tumpul.

Apakah Anies melihat bahwa Holywings ini adalah kelas bawah dan ACT adalah kelas atas bertaraf internasional? Dengan demikian hukum tajam ke Holywings dan tumpul ke ACT? Atau memang standar ganda itu diberlakukan demi menjaga hubungan baik Anies Baswedan dengan ACT yang telah banyak bekerjasama?

Patut didukung semua upaya penegakan hukum terhadap Holywings. Kesalahan itu harus dihukum. Tetapi haruskah ditutup? Dan semua gerai? Tidak peduli berapa ribu karyawan yang PHK dan menderita? Apakah suara yang membela ACT yang mengatakan kalau ada tikus di lumbung, jangan lumbungnya yang dibakar?

Apakah itu tidak boleh berlaku ke Holywings? Kenapa tidak orangnya Holywings yang ditangkap dan diringkus. Lalu Holywings sebagai lumbung yang mempekerjakan ribuan orang dibiarkan membersihkan diri dan berbenah?

Apakah standar kalau ada tikus, jangan lumbungnya dibakar hanya untuk membela ACT, namun untuk Holywings atau kasus lainnya tidak berlaku? Anies sepertinya terjebak dalam standar ganda. Kepada Holywings langsung bertindak dan hukum berlaku. Penutupan semua gerai di Jakarta. Kepada ACT, tunggu dulu, harus berbasis data dan berbagai hal lain. Dia adalah pejabat yang harus mempertimbangkannya.

Penegakan Hukum seharusnyalah bertujuan untuk kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan. Keadilan harus dijunjung tinggi dan lebih daripada kepastian hukum dan kemanfaatan semata. Keadilan seharusnyalah harus dinikmati karyawan Holywings, bukan pemiliknya. Juga itu seharusnya hak dari karyawan ACT.

Jika kenyataannya, Anies Baswedan masih memberlakukan standar ganda dengan berbagai alasan, inilah standar ganda yang menimbulkan ketiakadilan. Sangat sulit berlaku adil kepada dua pihak, jika salah satu pihak ada keterkaitan dengan pemimpin yang akan memutuskannya.

Itulah mungkin yang dialami oleh Anies Baswedan. Dia membenci Holywings dan dia ada kerjasama dengan ACT. Dan bukan hanya kerjasama, namun mungkin ada kepentingan yang lebih besar ke masa depan. Standar ganda menjadi sebuah keniscayaan. Harus bisa dipahami, walau belum tentu bisa diterima. Mari belajar paham, jangan sampai gagal paham atau paham gagal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun