Kejadian tentang keburukan guru bertebaran dimana-mana. Guru yang baik? Tunggu dulu, itu sangat jarang. Seakan bad teacher is good news. Guru yang buruk menjadi berita bagus. Ada kesempatan menghujat dan menghakimi melalui media sosial.
Kini perdebatan, pro kontra adalah pemberian hadiah ketika naik kelas. Ada tulisan seorang kompasianer yang dibagikan di Facebook mendapat tanggapan keras. Teman tersebut mengatakan bahwa memberikan hadiah kepada guru merupakan bagian pendidikan. Ada yang bersikap keras meminta penulis tersebut mencabut pendapat itu. Katanya, itu merusak. Wow, pelanggaran kebebasan berpendapat.
Guru, memang diakatakan pahlawan tanpa tanda jasa. Bukan berarti tidak boleh menerima ucapan terima kasih kan? Guru memang digaji, tetapi apakah gajinya cukup? Beribu guru honorer, guru di sekolah tempat terpencil dan di daerah yang gajinya tidak layak. Patutkah ini dihargai dengan bentuk yang lain.
Kenapa hadiah kepada guru waktu kenaikan kelas menjadi pro kontra? Kenapa menjadi berita? Kita harus bedakan kewajiban dengan kerelaan. Hadiah kepada guru dalam kenaikan kelas jika diberikan karena ada aturan yang mewajibkan, itu salah. Namun jika diberikan dengan kerelaan, kenapa tidak? Namanya rela, ya tidak salah.
Jika ada orang tua yang menyerahkan hadiah dengan kerelaan, kenapa harus dilarang? Jika ada orang tua yang tidak memberikan hadiah kepada guru, kenapa harus dianggap kurang? Biasa aja kali. Ini menyangkut persepsi kita sendiri.
Jadi pemberian hadiah kepada guru pada  waktu kenaikan kelas tidak usah diperdebatkan. Tidak ada kewajiban harus memberikan. Jika ada, itu salah. Jika ada orang tua yang ikhlas memberikan, itu tidak salah.
Ada dua yang salah. Pertama ada orang tua  yang memberikan berkoar-koar mempublikasikan pemberian hadiahnya dan mencela guru yang menerima.
Kedua, orang tua yang tidak memberikan hadiah kepada guru berkoar-koar mengkritik orang tua yang memberi hadiah.
Jadi ada yang memberi berkoar-koar, yang tidak memberi berkoar-koar. Jadi yang berkoar-koar ini yang salah. Baik yang memberi hadiah dan yang tidak memberikan hadiah. Masalahnya bukan terletak dalam hal pemberian hadiah kepada gurunya.
Sifat dan watak berkoar-koar itu yang perlu diredam. Anda tidak memberikan hadiah, diam saja. Anda memberikan hadiah, berikan saja secara diam-diam. Gitu aja kok repot sih.
Guru yang membuat anak didik dari  tidak tahu menjadi tahu. Bodoh menjadi pintar. Guru sangat layak dihormati. Cara menghormati harus baik. Pemberian hadiah secara diam-diam juga sangat baik. Memberikan kritik kepada guru juga baik. Namun diam-diam juga sangat baik memberikan kritik.