Presiden Jokowi berangkat ke Jerman untuk mengikuti pertemuan G7, lalu dilanjutkan ke Ukraina dan Rusia. Kenapa Jokowi harus ke pertemuan G7 dulu baru ke Ukraina dan Rusia? Misinya yang lebih dominan yang mana? Pertemuan G7 atau mendamaikan Ukraina dan Rusia?
Ketika Jokowi mendarat di Jerman, Menteri Luar Negeri Retno sudah menyambut. Menlu kita sudah mempersiapkan kunjungan tersebut dengan baik.
Dalam pertemuan G7, Jokowi bertemu dengan Joe Biden, presiden Amerika Srikat. Merka berbicara dan Joe Biden tampak merangkul Jokowi dan Jokowi menanduk kepala Joe Biden. Boris Johnson PM Inggeris meninju Jokowi. Mereka bertemu dengan akrab.
Akrabnya Jokowi dengan para pemimpin G7 tentu menjadi sebuah kehormatan bagi kita dan cukup membanggakan. Bagaimana  pemimpin kita dihargai dan diterima dengan baik dan akrab para pemimpin terkemuka dunia.
Lalu kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini. Kenapa Presiden Jokowi memulai pertemuan G7 baru ke Ukraina? Tidakkah sebaiknya ke Ukraina dan Rusia dulu, baru bisa menyampaikannya ke pertemuan G7?
Perlu kita ingat, bahwa KTT G20 Bali yang akan diselenggarakan bulan Nopember di Bali mendapat ancaman boikot dari AS dan Uni Eropa. Kenapa? Jika Putin ada disana. Masalah ini menjadi beban bagi Indonesia. Posisi Jokowi sebagai Presidensi G20 dipertaruhkan. Jika banyak negara memboikot G20, ini berarti kegagalan kita sebagai bangsa yang dipercaya memimpin G20. Yang mengancam itu ada dalam pertemuan G7. Perlu dilunakkan hatinya.
Apakah misi yang diawali dengan kehadiran presiden dalam pertemuan G7 ini sebagai pertanda kepada Zelensky dan Putin bahwa Indonesia dianggap sebagai mitra penting G7 yang harus mereka berdua dengarkan? Penghargaan dan keakraban Jokowi dengan para pemimpin G7 patut dihargai Zelensky dan Putin.
Diplomasi Edukasi.
Misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia ini sepertinya harus melakukan diplomasi edukasi. Jokowi  harus melakukan edukasi kepada Zelensky dan Putin tentang dampak dari Perang Ukraina dan Rusia.
Pertemuan dengan Zelensky dan Putin, bisa didahului dengan beberapa pertanyaan.
Pertama, apa keuntungan yang diperoleh Ukraina dan Rusia dari perang ini? Â
Kedua, apa kerugian kedua negara akibat perang ini?Â
Ketiga, apa keuntungan bagi dunia dari perang ini?Â
Keempat, apa kerugian dunia akibat perang ini?
Jika pertanyaan awal ini bisa didiskusikan dengan baik dan dari hati ke hati dengan Zelensky dan Putin kemungkinan akan membawa hasil yang baik. Namun, jika Zelensky dan Putin mengabaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka misi perdamaian ini kemungkinan akan gagal.
Ukraina dan Rusia sebenarnya harus menyadari bahwa mereka patut diduga dipermainkan oleh AS dan NATO. Kerugian dan sanksi yang dialami Rusia akan membawa dampak yang berat dan membutuhkan pemulihan yang lama bagi Rusia. Resesi dan kesulitan ekonomi akibat sanksi ekonomi sangat berat.
Kerugian bagi Ukraina lebih besar lagi. Kehancuran fasilitas militer dan bandara serta fasilitas lainnya membuat Ukraina seperti lumpuh. Berapa kerugiannya? Bagaimana caranya memulihkan ini? Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun kembali fasilitas yang hancur ini?
Apa keuntungan Ukraina dari perang ini? Mereka mendapat bantuan senjata dari AS dan NATO? Apakah itu sebanding dengan kehancuran fasilitas militernya? Apakah bantuan militer dari AS dan NATO tidak akan memperburuk keadaan yang membuat Rusia marah?
Apa keuntungan Rusia dari perang ini? Apakah ekonominya meningkat? Apakah ekspornya meningkat? Perang selalu membawa kehancuran. Bukan keuntungan. Apakah ini menjadi ajang menggunakan senjata yang akan afkir? Bisakah itu dianggap sebagai keuntungan?
Apa keuntungan perang ini bagi dunia? Apakah senjata AS dan NATO bisa dipasarkan ke Ukraina dan mereka mendapatkan keuntungan? Toh, tidak ada senjata yang gratis. Semua akan dianggap sebagai hutang Ukraina. Presiden Ukraina selalu mengatakan bahwa mereka akan membayar senjata yang diberikan kepada mereka.
Apa kerugian dunia akibat perang ini? Krisis pangan dan energi telah terjadi. Jumlah orang miskin akan meningkat. Negara berkembang akan jatuh kepada negara miskin secara ekstrim. Perang Ukraina-Rusia membuat kemiskinan baru di dunia.
Jika diskusi dan diplomasi edukasi ini berhasil dijalankan Jokowi ke Zelensky dan Putin, misi ini akan berhasil. Masalahnya, bagaimana Jokowi bisa menyentuh hati mereka yang sedang marah membara, melembutkan dengan senyum. Lalu mencari cara dan solusi yang terhormat bagi mereka berdua untuk bisa menghentikan perang ini tanpa mencederai harga diri dan gengsi.
Pahlawan perdamaian.
Mungkin menganggap dan  mengangkat wibawa Zelensky dan Putin sangat diperlukan. Jika perlu, G20 bisa menyematkan status pahlawan dan piagam penghargaan perdamaian kepada Zelensky dan Putin, jika mereka mau menghentikan perang.
Negara-negara berkembang juga bisa memberi apresiasi kepada Zelensky dan Putin sebagai penyelamat ekonomi negara berkembang. PBB juga patut memberi apresiasi dan penghormatan kepada kedua pemimpin negara yang mau berdamai tersebut. Hadiah Nobel  perdamaian juga perlu dipertimbangakan untuk diberikan.
Jika Zelensky dan Putin membayangkan apresiasi dan penghormatan yang akan mereka terima sangat besar, jika mereka berhenti perang dan berdamai, kemungkinan menghentikan perang  besar peluangnya.
Posisi Jokowi yang tidak memberikan bantuan senjata ke Ukraina dan tidak mendukung invasi Rusia ke Ukraina membuat posisi netral dan tidak memihak. Dengan posisi netral dan tidak memihak ini tentu akan memudahkan Jokowi untuk meyakinkan kedua pemimpin ini.
Diplomasi edukasi dan upaya motivasi apresiasi dan penghargaan yang akan mereka terima diharapkan bisa membawa keberhasilan misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia.
Kita sebagai bangsa Indonesia tentu akan bangga, jika Presiden RI bisa mendamaikan dua bangsa yang sedang berperang dan membawa dampak besar ke dunia ini. Apa yang dilakukan Presiden jokowi dan Menlu kita patut kita apresiasi dan dukung. Inisiatif dan upaya melakukan misi perdamaian ini menjadi secercah harapan dalam kegelapan.
PBB gagal mendamaikan Ukraina dan Rusia. Tidak ada yang berinisiatif mendamaikannya lagi. Seluruh kekuatan besar dan bangsa besar ikut terlibat dalam perang Ukraina dan rusia. AS, NATO dan Uni Eropa terlibat. Lalu, siapa lagi yang diharapkan bisa mendamaikan dua bangsa yang berperang ini?
Terlepas dari kepentingan G20, kita sebagai bangsa juga terkena dampak perang Ukraina-Rusia. Lalu, apakah secara subjektif juga kita patut mendukung misi perdamaian Jokowi ini? Tidakkah seharusnya kita bangga atas upaya dan inisiatif misi perdamaian di tengah kebuntuan Perang Ukraina-Rusia?
Penulis bangga kepada misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia. Apapaun hasilnya, setidak-tidaknya usaha sudah dilakukan. Lebih baik menyalakan lilin kecil, daripada mengutuk kegelapan saja. Jokowi menyalakan lilin kecil untuk perdamaian di tengah kegelapan peperangan yang tak kunjung usai antara Ukraina--Rusia.
Mana tahu lilin kecil ini akan memotivasi orang yang memiliki lilin atau lampu bisa membawanya ke dalam kegelapan perang ini. Kegelapan akan bisa dikalahkan, ketika lilin-lilin kecil menyala dan lampu bersinar. Sambil menunggu matahari perdamaian muncul dan menyinari kegelapan perang Ukraina-Rusia. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H