Megawati pada Pilpres 2014 dihadapkan kepada dua pilihan. Apakah dia masih maju dalam Pilpres 2014 itu? Atau mundur dengan memberikan kesempatan kepada yang lain. Ketika itu Jokowi meroket dan layak dipertimbangkan.
Pengalaman dua kali kalah melawan orang yang sama yaitu SBY membuat Megawati harus berhitung secara matang. Pilpres 2004 berpasangan dengan KH Hasym Muzadi Ketum PBNU kalah dengan pasangan SBY-JK. Pilpres 2009 dia berpasangan dengan Prabowo kalah kepada SBY-Budiono.
Pertimbangan yang matang dan juga ada desakan dari bawah dan tim relawan Jokowi membuat Megawati memutuskan bahwa dia mendukung Jokowi. Apakah dia takut gagal ketiga kali? Â Dia membuat nota dengan tulis tangan untuk mendukung Jokowi. Megawati tidak salah memutuskan dan tidak salah memilih. Jokowi menjadi presiden dua periode. PDIP juara Pemilu dua kali juga.
Prabowo dalam Pilpres 2024 juga mengalami nasib yang sama. Sudah dua kali gagal melawan orang yang sama, Jokowi. Walaupun berganti pasangan calon, terakhir dia dengan Sandiaga Uno tahun 2019, akhirnya kalah juga.
Berhadapan dengan Jokowi yang berpasangan dengan JK tahun 2014 kalah. Berhadapan dengan Jokowi-Ma'ruf Amin 2019 kalah juga. Apakah dia akan tetap maju dalam Pilpres tahun 2024 dengan resiko gagal tiga kali?
Posisi dengan pengalaman gagal dua kali membuat Megawati mundur dari pencalonan presiden 2014. Kesadaran itu mengingat dia juga sudah berumur 67 tahun waktu itu. Faktor elektabilitas juga sangat mempengaruhi keputusan Megawati untuk mundur dari pencalonan. Dia menjadi king maker dan pendukung Jokowi dalam Pilpres 2014.
Apakah posisi gagal dua kali bagi Prabowo  tidak membuat Prabowo mundur dalam Pilpres 2024? Kesannya sampai hari ini Prabowo masih ngotot ingin mencalonkan diri. Mungkin berbeda dengan Megawati yang pada tahun 2014 elektabilitasnya tidak tinggi. Sementara Prabowo masih masuk tiga besar dalam elektabilitas Bacapres 2024. Masih ada peluang, begitu mungkin batin Prabowo.
Kemenangan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat di usia senja juga menginspirasi para tetua untuk maju dalam Pilpres. Mahathir Muhammad juga di Malaysia kembali menjadi Perdana Menteri setelah uzur, berusia 92 tahun.
Nasib gagal dua kali dalam Pilpres dengan lawan yang sama. Megawati dalam Pilpres 2014 dan Prabowo dalam Pilpres 2024 menjadi serupa. Namun elektabilitas Megawati 2014 dengan Prabowo 2024 tidak sama. Prabowo masuk 3 besar bersama Ganjar dan Anies. Mereka tidak sama.
Nasib dua kali kalah dengan lawan yang sama, mereka serupa, namun angka elektabilitas, mereka tidak sama. Serupa tapi tidak sama.
Jika Prabowo tidak maju dalam Pilpres 2024 akibat trauma dua kali kalah, maka nasibnya dengan Megawati menjadi serupa dan sama. Namun jika dia maju terus 2024 tak perduli kegagalan dua kali, maka mereka menjadi serupa tapi tak sama.