Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati dan Surya Paloh, Jangan Ada "Sombong" di Antara Kita

24 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 24 Juni 2022   05:04 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sombong, sebuah kata yang kini sangat polpuler. Ketika Rakernas Partai Nasdem 15-17 Juni 2022, Ketum Surya Paloh menyindir dan mengatakan ada partai sombong yang mau menang sendiri dan mau mengatur sendiri. Tanpa menyebut partai mana dan siapa.

Kemudian, dalam Rakernas PDIP 21-23 Juni 2022, Megawati menanggapi apa yang disampaikan Surya Paloh tersebut. Kok ada yang menuding kami sombong, padahal kami tidak pernah menjelek-jelekan partai lain.

Saling sindir ini terjadi dalam dua rakernas partai politik. Tanpa menyebut nama, tetapi saling menyindir dan menjawab. Ada apa diantara Megawati dengan Surya Paloh? Kenapa harus ada istilah partai sombong?

Apakah Surya Paloh menganggap PDIP sebagai partai sombong yang enggan berkomunikasi politik untuk Pilpres 2024? Apakah ada keinginan Partai Nasdem berkolaborasi dan berkoalisi dengan PDIP ditolak oleh PDIP? Atau karena ada masalah psikologis lain diantara PDIP dan Partai Nasdem? Atau antara Megawati dengan Surya Paloh?

PDIP dan Partai Nasdem kini berada dalam satu koalisi partai pendukung pemerintah. Sebelum  melantik dua menteri baru hasil reshuffle, presiden mengajak makan 7 Ketua Umum Parpol pendukung pemerintah. Lalu ada apa sebenarnya?

Apakah ada kompetisi untuk menjadi King Maker dalam Pilpres 2024? Apakah mungkin Surya Paloh menjadi King Maker, sementara partainya tidak memiliki kuota syarat ambang batas 20 persen? Atau mungkinkah Megawati menjadi King Maker yang memiliki suara 20 persen, namun kurang melakukan komunikasi politik dengan partai lain?

Jika menilik pertarungan Pilpres 2014 dan 2019, Partai Nasdem dan PDIP masing-masing memberi kontribusi untuk memenangkan Jokowi sebagai presiden. Lalu, kenapa seperti ada ketegangan terselubung antara Megawati dan Surya Paloh?

Kondisi kekinian Partai Nasdem dengan PDIP memang sangat kontras. PDIP dengan santai tidak membahas nama Bacapres. Siapapun Bacapres dari PDIP hanya ditentukan oleh Megawati. Tidak perlu ada masukan dari DPD dan DPC. Cukup nama yang ada dalam hati dan pikiran Megawati.

Partai Nasdem meminta DPW menjaring dan menyaring nama Bacapres. Melalui Rakernas, nama tersebut diserahkan kepada Ketua Umum Surya Paloh. Tiga nama, Anies, Ganjar dan Andika. Apakah salah menyebut nama Ganjar yang merupakan kader PDIP?

Apakah PDIP menganggap bahwa penyebutan nama Ganjar dalam daftar nama Bacapres hasil Rakernas Partai Nasdem dianggap PDIP sebagai pembajakan kader? Apakah ini termasuk menambah ketegangan antara Megawati dan Surya Paloh?

Surya Paloh juga intensif melakukan komunikasi politik dengan berbagai partai. Mulai komunikasi dengan Gerindra, Golkar, PKS dan Partai Demokrat. Sejauh ini masih penjajakan, belum final untuk berkoalisi. Dengan PKS masih persiapan. Dengan Partai Demokrat juga masih penjajakan.

Kapan Partai Nasdem menentukan koalisi yang permanen menuju Pilpres 2024? Belum tahu waktunya. Nanti akan waktu yang tepat dan baik. Semuanya masih dinamis dan cair. Segala kemungkinan bisa terjadi.

Apakah partai Nasdem akan berkoalisi dengan PKS dan Demokrat? Ataukah Partai Nasdem dengan PKB dan Gerindra? Apakah hasil Rakernas yang tidak mencantumkan nama Prabowo sebagai Bacapres masih memungkinkan koalisi dengan Gerindra?

Jadi dua keadaan yang berbeda antara PDIP dengan Partai Nasdem. Antara Megawati dengan Surya Paloh. PDIP belum menyebut nama Bacapres, Partai Nasdem sudah menyebut tiga nama Bacapres.

PDIP masih anteng dan tenang, belum melakukan komunikasi politik dengan partai lain. Partai Nasdem super sibuk melakukan pertemuan dan komunikasi politik dengan partai lain.

Apakah tenangnya PDIP dan belum melakukan komunikasi politik menjadi alasan disebut Partai Sombong? Apalagi karena PDIP bisa maju sendiri mengusung Bacapresnya tanpa koalisi dengan partai lain? Sementara Surya Paloh pontang-panting mencari calon mitra koalisi dan belum menemukan yang tepat?

Apakah tidak lebih baik Megawati dan Surya Paloh bertemu untuk membahas soal sombong ini? Atau mereka berdua juga enggan bertemu karena masing-masing menjaga marwah harga diri dan akhirnya membangun kesombongan baru?

Tokoh yang bisa membuat Megawati dan Surya Paloh adalah Presiden Jokowi. Apakah Jokowi mau mempertemukan dua tokoh ini untuk menghentikan saling sindir soal sombong ini? 

Atau dua tokoh ini yang harus menyelesaikan sendiri masalah diantara mereka berdua?

Seandainya Megawati dan Surya Paloh bisa dipertemukan Jokowi atau mereka bertemu sendiri tanpa Jokowi. Mungkin mereka berdua bersalaman dan saling mengucapkan, "jangan ada sombong diantara kita," mungkin keadaan akan membaik. 

Dan mungkin juga langsung sepakat berkoalisi untuk Pilpres 2024. Ini berandai-andai saja. Mungkinkah? Mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang, desah Ebiet G Ade dalam lagunya Berita kepada kawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun