Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengaku partainya tetap menginginkan agar Ketua Umum Muhaimin Iskandar tetap dicalonkan sebagai Capres 2024. Mereka tidak rela, jika Muhaimin Iskandar dicalonkan menjadi calon wakil presiden. (Kompas.com, 20/06/2022)
Fantastik! Luar biasa! Itulah kesan pertama kita. PKB ini dengan semangat juang tinggi menjunjung Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar menjadi calon presiden. Dan bahkan menjadi calon wakil presidenpun tak rela. Apakah ini mimpi? Apakah cukup dukungan nyata untuk mewujudkan mimpi ini?
Ada beberapa catatan yang bisa kita gunakan untuk menakar peluang Muhaimin menjadi Bakal Calon Presiden (Bacapres), Calon presiden dan Presiden.
Hasil survey.
Hasil survey sejauh ini menunjukkan bahwa Muhaimin berada di pusaran sekitar 1 persen. Belum pernah masuk tiga besar seperti Ganjar, Anies dan Prabowo yang selalu mencapai sepuluh, dua puluh bahkan tiga puluh persen.
Hasil survey seringkali tidak dianggap sebagai hasil akhir. Itu betul. Tetapi juga harus dinyatakan bahwa belum ada calon presiden yang terpilih yang hasil surveynya hanya sekitar 1 persen.
Apakah ada upaya PKB dan Muhaimin yang bisa mendongkrak hasil survey dalam waktu satu tahun sebelum pendaftaran Bacapres bulan Oktober 2023? Atau perlu dibuat survey sendiri dan hasilnya Muhaimin yang tertinggi?
Dukungan NU.
Pernyataan Ketua Umum PB NU Yahya yang mengatakan NU tidak boleh terlibat langsung dalam politik membawa pengaruh kepada dukungan untuk Muhaimin. Dua cabang NU yang ditegur karena terlibat dalam deklarasi Pencapresan Muhaimin membuat cabang NU yang lain tidak mau lagi terlibat.
Apakah mungkin seorang Muhaimin bisa menjadi Calon Presiden  jika tidak mendapat dukungan penuh dari NU? Semua saja mendukung belum tentu terpilih, apalagi tidak seluruhnya.
Bisa saja Muhaimin bernostalgia bagaimana dia dan PPP menggagalkan Mahfud MD menjadi Cawapres 2019 dan mengusulkan Ma'ruf Amin. Mungkinkah hal seperti itu dilakukan? Bahkan PPP sudah berada di KIB. Dan bahkan Arsul Sani Waketum PPP menyindir PKB yang jalan sendiri-sendiri, merapat dengan Prabowo dan meninggalkan PKS dan Koalisi Semut Merah.
Koalisi.
PKB yang membentuk Koalisi Semut Merah ternyata tidak cukup syarat ambang batas. Ketika Partai Nasdem mengumumkan tiga nama Bacapres, Prabowo langsung bertemu dengan Muhaimin. Seakan ada saling pengertian dan kesepakatan untuk melangkah menuju Pilpres dan pilkada Serentak 2024.
PKS merasa ditinggalkan oleh PKB. PKS kini mencari koalisi yang menganggap mereka setara. Tidak dianggap sebagai bawahan, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, begitu kira-kira.
Ketika KIB dibentuk oleh Golkar, PAN dan PPP, Muhaimin berkomentar, dia mau bergabung dengan KIB, jika Muhaimin menjadi Capresnya. Kepercayaan diri yang berlebihan.
Golkar yang lebih besar persentase dan anggota DPR tidak mengatakan bahwa dia pasti menjadi Capresnya KIB. Apalah posisi tawar Muhaimin yang bukan anggota koalisi tersebut menawarkan capres.
Apakah suara dan jumlah anggota DPR PKB lebih banyak dari ketiga partai tersebut? Lalu apa dasarnya menyatakan membuat syarat mau bergabung dengan KIB jika Muhaimin Capresnya? KIB sudah cukup membawa Paslon Pilpres 2024. PKB bergabung hanyalah sebagai penambah saja, bukan penentu syarat ambang batas.
Pertemuan dengan Prabowo yang akan membentuk koalisi ini, mungkinkah Muhaimin menjadi Capres dan Prabowo Cawapresnya? Sudah dealkah mereka menjadikan Muhaimin menjadi Capres? Bukankah pertemuan itu digagas untuk memastikan bahwa Prabowo memiliki kendaraan politik yang cukup memenuhi ambang batas Pilpres menjadi Capres? Sulit bagi Muhaimin untuk  menjadi Bacapres saja.
Jika, hasil survey, dukungan NU dan koalisi tidak menjamin Muhaimin mencadi Bacapres, lalu bagaimana mimpi menjadi presiden? Menjadi Bacapres saja sudah susah. Menjadi Capres semakin sulit. Apalagi menjadi presiden? Itu tiga tahapan yang harus dilalui. Bacapres, Capres dan presiden.Â
Berdasarkan uraian diatas, patut kita duga bahwa mimpi PKB dan Muhaimin menjadi presiden masih sebuah impian dalam dunia mimpi. Tapi tidak ada yang mustahil dan mustahal dalam dunia politik kita. Mana tahu Republik Indonesia berubah menjadi Republik Mimpi dan Muhaimin Iskandar menjadi presiden, siapa yang tahu?
Jika mimpi itu terjadi, barulah kita harus menaruh  hormat dan mengakui pernyataan Wakil ketua Umum PKB di awal tulisan ini. Muhaimin harus menjadi Capres. Mereka tidak rela Muhaimin menjadi Cawapres.
Menjadi Cawapres saja tidak berkenan, apalagi Wapres. Padahal Wapres itupun mungkin masih sebuah mimpi yang diimpikan. Tidak apalah, bermimpi itu juga adalah hak. Tidak boleh dilarang.Â
Selamat bermimpi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI