Jika Nasdem tidak mencatat nama Prabowo, maka koalisi Partai Gerindra dengan Nasdem sudah sulit, walaupun bukan tidak mungkin. Namun dengan nihilnya nama Prabowo hasil rakernas Partai Nasdem membuat dirinya harus segera bergerak untuk memantapkan bakal pasangan dan gabungan partai pengusung dirinya.
Lalu bagaimana penjajakan PKB dengan PKS yang sempat ingin membentuk Koalisi Semut Merah? PKB tentu saja harus menghitung ulang. Berkoalisi dengan PKS belum bisa memenuhi ambang batas 20 persen. Dengan Gerindra, ambang batas bisa dicapai. Lalu, kenapa harus menunggu lagi. Pucuk dicinta, ulam tiba. Cak Imin senyum dikulum.
Prabowo juga mungkin menyadari bahwa kesempatannya tinggal Pilpres 2024. Jika dia gagal dalam Pilpres 2024, maka masa depannya dalam Pilpres sudah sulit. Faktor umur dan kemungkinan melawan petahana dalam Pilpres 2029 sangat sulit.
Jadi, siapapun yang bisa menjadi mitra koalisi untuk memenuhi ambang batas harus diikat dalam kerja sama. Senyum ibu Megawati belum cukup sebagai jaminan. Daripada mengharap hujan karena mendung, lebih baik memanfaatkan air yang sudah ada di tempayan.
Pasangan Prabowo-Muhaimin (Gerindra-PKB) kini menjadi sebuah alternatif. Jika ini bisa dijadikan  koalisi baru menambah KIB yang sudah dibentuk Golkar, PAN dan PPP, maka Paslon Pilpres 2024 akan semakin mengerucut. Jika Partai Nasdem, Demokrat dan PKS membentuk koalisi baru, maka tinggallah PDIP akan maju sendiri dan melahirkan 4 Paslon dam Pilpres 2024.
Bisa juga KIB bergabung dengan PDIP dan menjadikan 3 Paslon. Namun semua ini masih perkiraan sementara. Politik itu sangat dinamis dan cair. Namun jika Paslon Prabowo-Muhaimin sudah ditetapkan akan meningkatkan suhu politik tanah air.
Apalagi, dimunculkan desas-desus bahwa Gus Dur pernah meramalkan  Prabowo akan menjadi presiden di masa tuanya. Ikutkah itu dalam perbincangan dan pertimbangan Prabowo dan Muhaimin dalam pertemuan Sabtu 18 Juni 2022 yang lalu? Jika ikut, itu bisa menjadi alat perekat Prabowo dan Muhaimin serta NU.
Mari kita tunggu perkembangannya. Partai Nasdem yang akan segera bertemu PKS dalam minggu ini akan semakin menyemarakkan perkembangan politik menjelang Pilpres 2024 yang akan datang.
Apakah Prabowo-Muhaimin ini menjadi Paslon yang akan tetap atau ini hanyalah sebuah reaksi terhadap hasil Rakernas Partai Nasdem? Atau Prabowo ingin menunjukkan kekuatan dan pengaruhnya kepada partai Nasdem  yang tidak mencantumkan namanya sebagai Bacapres? Biarlah waktu yang menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H