Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dilema Mega-PDIP: Ganjar, Dibuang Sayang, Dipilih, Puteri Melayang

17 Juni 2022   00:33 Diperbarui: 17 Juni 2022   01:16 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PDIP sebagai partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut 2014 dan 2019 sungguh menjadi partai yang beruntung. Mereka memiliki beberapa keuntungan menjelang pemilu  dan Pilpres 2024.

Pertama, dalam Pilpres 2024, mereka bisa mengusung calonnya sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Dengan memiliki 128 anggota DPR, sementara ambang batas hanya 115 anggota DPR. Maka sebenarnya PDIP tinggal menentukan sikap mengajak siapa yang menjadi Cawapresnya yang dianggap bisa menjadi koalisi strategis ke depan dan untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Kedua, PDIP memiliki dua calon presiden, yaitu Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Kedua calon ini memiliki jabatan yang strategis. Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode 2013-2023. Puan Maharani Ketua DPR RI dan mantan Menko PMK periode pertama Kabinet Jokowi.

Panda Nababan politisi senior PDIP mengatakan bahwa hanya PDIP yang memiliki dua kandidat presiden 2024, yaitu Puan dan Ganjar. Partai lain, mana ada? Apakah di Gerindra boleh ada selain Prabowo? Di partai lain boleh ada selain ketua umumnya? Demikian kata beliau.

Namun pertanyaan yang menggelitik adalah, apakah PDIP bisa menikmati keuntungan ini dengan nyaman dan akan melenggang ke Pilpres 2024? Nah disini masalah peliknya. Keuntungan memiliki dua Capres ini ternyata membawa dilema bagi Megawati sebagai Ketum PDIP yang memiliki kewenangan dan otoritas untuk menetapkan Capres dari PDIP.

Hasil survey Charta Politika yang merilis hail surveynya terhadap massa pemilih PDIP, bahwa Puan hanya dipilih 6,2 persen, sementara Ganjar 68,5 persen  dan bahkan ironisnya, Prabowo 9,7 persen. Hasil ini sangat menyulitkan bagi Mega dan PDIP. Kenapa bisa Prabowo memiliki angka kepercayaan lebih tinggi dari Puan di basis PDIP? Apakah karena perkiraannya bahwa Puan akan menjadi cawapresnya Prabowo?

PDIP memang selalu menyatakan tidak mau tergantung hasil survey. Itu betul, namun hasil survey juga harus dipertimbangkan. Untuk saat ini, hasil survey tidak bisa dikesampingkan, karena bisa dianggap sebagai penelitian yang berbasis ilmiah. Sama halnya pihak yang meragukan quick count pada awalnya, namun setelah beberapa hasil quick qount tidak berbeda jauh dengan hasil rekapitulasi riil, maka quick qount menjadi acuan juga.

Pilihan Ganjar yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan surveykah yang akan dipilih? Lalu bagaimana nasib puteri penerus trah yaitu Puan Maharani?

Jika Ganjar yang dipilih menjadi calon Presiden 2024, lalu Puan Maharani bagaimana? Mungkinkah Mega akan memilih Ganjar dan membiarkan Puan Maharani melayang? Atau Mega akan memilih Puan Maharani sebagai puteri mahkota dengan resiko kekalahan?

PDIP sepertinya ingin dan bertekad menjadi pemenang tiga kali atau hattrick. Dapatkah mereka menjadi pemenang Pemilu 2024 dengan membawa Capres Puan Maharani? Atau adakah jaminan mereka akan menang Pemilu 2024, jika memilih Ganjar sebagai Capres?

Boleh dibilang, semua ini masih asumsi, pengandaian atau perkiraan sementara. Walaupun hasi survey bisa dianggap sebagai indikator gejala politik awal menjelang Pilpres 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun