Jokowi memberikan sinyal berupa pernyataan yang seakan ambigu dalam Rakernas Projo sebuah kelompok relawan pendukungnya. Perhelatan yang dilakukan di Magelang Jawa Tengah ini menghadirkan Jokowi dan Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo memang mendapat perlakuan yang kurang baik dari PDIP. Dalam acara HBH PDIP Jawa tengah, Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah tidak diundang.Â
Lalu kenapa Projo melakukan kegiatan Rakernas di Jawa Tengah menghadirkan Jokowi dan Ganjar? Apakah ini sebuah perlawanan terhadap PDIP yang kurang menghargai Ganjar Pranowo, kadernya yang kini menjabat sebagai Gubernur di Jateng dan memiliki elektabilitas yang tinggi?
Jokowi sedang memainkan sebuah permainan politik dengan menggunakan bahasa politik yang seakan ambigu, paradoks, namun cukup memberi makna dan sinyal untuk Pilpres 2024. Jangan tergesa-gesa, demikian pesannya dalam perhelatan Projo tersebut. Namun disambungnya lagi, walaupun mungkin orangnya hadir di sini. Siapa yang hadir? Ganjar maksudnya?
Dalam mencerna bahasa dari pejabat dan bahasa politik kekuasaan, kita perlu jeli, apalagi dengan memahami kekuasaan gaya Jawa. Kita tidak boleh terjebak dengan bahasa dan kalimat di awal, tetapi harus cermat dalam kalimat lanjutan yang menjadi isi.
Bahasa pejabat dan kekuasaan terkadang harus dimaknai sebagai pantun. Pantun itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah sampiran, bagian kedua adalah isi. Jika kita hanya mendengar awal atau sampirannya, tanpa mendengar akhir atau isi, maka kita tidak bisa memaknai pantun tersebut.
Dalam bahasa pejabat atau kekuasaan, bahkan akhir kalimatlah yang menjadi isinya atau maknanya. Bukan kata pembuka atau awal kalimat. Misalnya menyebut seseorang, dia memang pintar, tetapi tidak cermat. Sesungguhnya yang mau disampaikan adalah orang itu tidak cermat, namun diawali dengan pemujian sebagai orang pintar.
Apakah pernyataan dan pesan Jokowi kepada Projo "jangan tergesa-gesa" hanyalah kalimat pengantar? Sesungguhnya isinya adalah orangnya sudah ada dan hadir dalam acara tersebut? Bisa jadi.Â
Jokowi tidak mendorong penyebutan nama, bahkan sebaliknya. Apakah ini sebuah pesan ke PDIP, bahwa Jokowi tidak tergesa-gesa karena orang atau calonnya sudah ada?
Penggunaan bahasa seperti itu membuat Jokowi tidak dibenci PDIP, namun menjadi sinyal bagi relawan Jokowi yang kini sebagian besar sudah menjadi relawan Ganjar. Namun Pilpres seakan masih jauh, padahal sudah sangat dekat di hati.Â