Ganjar mungkin perlu belajar dari Jokowi. Pengalaman Jokowi juga tahun 2014 tidak mulus. Pencalonannya seakan terdesak dan terpaksa bagi PDIP dan Ketua Umum Megawati. Pencalonan Jokowi hanya dengan sebuah surat tulis tangan pada 14 Maret 2014. Sudah mepet waktu menjelang Pemilu April 2014. Tinggal sebulan. Bisa dibayangkan, pencalonan presiden hanya dengan perintah harian dengan tulisan tangan. Akhirnya menang juga.
Kemenangan Jokowi 2014 dan 2019 sangat dramatis dan sangat fenomenal. Ada juga beberapa kader PDIP yang tersingkir dari PDIP karena mendorong pencalonan Jokowi tahun 2014. Sebutlah Maruarar Sirait, Sabam Sirait dan beberapa orang yang bersuara keras kepada DPP PDIP dan ketua umum. Sampai hari ini masih terasa dampaknya.
Para pendukung Ganjar di DPP PDIP dan jajarannya perlu mengambil pelajaran dari masalah tersebut. Tidak perlu ada korban baru seperti Maruarar, yang menjadi menteripun tak bisa padahal Jokowi sebagai Presiden sudah meminang dan memberikan baju putih untuk dipoakinya.Â
Resiko masih berlanjut, dapil nya juga dipindah sampai dia tidak terpilih sebagai anggota DPR. Dan anehnya, dia tetap saja setia ke partainya PDIP, walaupun dia terzolimi dan terbuang. Kader yang loyal dan setia. Entahlah, hati nurani pimpinannya ada  dimana.
Ganjar tak perlu galau dan gamang. teruslah bekerja sebagai Gubernur Jawa tengah. Teruslah menggunakan strategi komunikasi politik dengan medsos. Relawan teruslah bekerja tanpa pamrih. Usaha dan kerja keras sudah dilakukan. Doa sudah dikumandangkan, biarlah hasil ditentukan oleh Yang Maha Kuasa dari atas sana. Mana tahu Ganjar diperkenankanNYA menjadi presiden penerus Jokowi. Siapa tahu.
Ganjar hanya perlu mempersiapkan diri secara mental. Menjadi kader TER(PAKSA)SAYANG Â atau TERBUANG dalam Pilpres 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H