Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demonstrasi Hak Berpendapat, Antara Manfaat dan Mudarat

12 April 2022   06:09 Diperbarui: 12 April 2022   07:23 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita tidak perlu sekolah ke perguruan tinggi untuk melakukan demo dan ricuh. Preman yang tidak sekolah juga bisa melakukan demo dan ricuh. Lalu apa bedanya mahasiswa dengan preman jalanan? Tentu saja wawasan, intelektualitas dan etika moral sebagai orang yang terdidik. Jika ini tidak dimiliki, wallahualam.

Dalam sebuah diskusi dengan mantan bendahara sebuah lembaga yang bertugas untuk pengamanan demo, biaya pengamanan demo aksi itu sangat besar. 

Perhitungannya per personil dan juga setiap demo harus disiagakan selama beberapa hari dan bahkan sampai dua belas hari. Apalagi waktu demonya berjilid-jilid itu. Biayanya bisa puluhan milyar dan bahkan ratusan milyar. Wow.

Seandainya uang untuk pengamanan demo ini digunakan untuk menolong orang miskin, mungkin sudah banyak yang bisa dibantu. Ini berarti demo aksi juga bisa dianggap sebagai pembakaran uang dengan sia-sia. Dan tentu saja ini merugikan keuangan negara dan mengakibatkan kerugian moral masyarakat.

Hal ini tidak hanya merugikan negara dari segi keuangan, namun dari sudut ketentraman hati juga. Ketika sebagian besar warga negara kita dan mungkin juga para pendemo melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kita disuguhi mahasiswa demo aksi ricuh. 

Dimanakah tanggung jawab moral kita terhadap pelaksanaan ibadah puasa yang seharusnya tenang dan damai? Moralitas menjadi sebuah kewajiban yang kita pertanyakan.

Demo mungkin diperlukan, namun di bulan puasa seperti ini, patut dipertimbangkan untuk tidak melakukannya. Suarakan terus pendapatmu, lakukan koreksi kepada pemerintah. Tapi tidak harus dengan demo aksi besar-besaran yang merugikan negara. Apalagi selalu diakhiri dengan kericuhan.

Bangsa ini tidak butuh kericuhan, tetapi butuh kedamaian dan ketenangan, khususnya di bulan puasa ini. Ayo belajar menahan diri, kendalikan emosi, supaya bangsa ini tidak terus merugi.

Kerugian tidak hanya menyangkut keuangan negara, tetapi juga bidang lain seperti ketenangan dan kedamaian yang terganggu dan dampak kericuhan berupa korban luka-luka dan berbagai kerugian moral. Jadi secara moral dan materil kita rugi.

Semoga mahasiswa kita semakin kreatif menyampaikan pendapatnya dan bisa berdaya dan berhasil guna untuk kepentingan masyarakat banyak. 

Hak berpendapat ya, manfaat untuk masyarakat, ya juga. Jangan hanya manfaatnya untuk pendemo, tetapi mudarat untuk masyarakat dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun