Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah dan Semangat Rela Berkorban

5 April 2021   07:52 Diperbarui: 5 April 2021   07:55 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Solidaritas ke tetangga

Membangun solidaritas dan saling membantu sesama tetangga sangat dibutuhkan pada saat sekarang ini. Bukan tetangga rumah saja, namun juga antar tetangga RT atau RW.

Membantu komunitas

Berbagai komunitas yang kita ikuti patut kita pertimbangkan untuk membantu sesama anggota komunitas. Orang yang belum kita kenal bisa kita bantu, apalagi anggota komunitas kita.

Menolong bukan karena kelebihan

Kita menolong mereka, bukan karena kita merasa kelebihan. Dari kekurangan kitapun kita bisa menolong.

Ada sebuah Kisah dari Yesus ketika bersama-sama murid-muridnya. Yesus memberikan perumpamaan tentang dua orang yang memberikan persembahan di Bait Allah. Satu orang kaya memberikan banyak sekali persembahan. Persembahannya merupakan remah-remah atau sisa-sisa dari hartanya yang sangat banyak.

Lalu ada seorang janda miskin memberikan sedikit sekali, namun yang diberikannya adalah dari kekurangan hidupnya. Dari segi kehidupannya yang berkekurangan, si janda tidak memiliki kelebihan untuk persembahan. Namun dia mengambil sebagian kecil dari kekurangannya untuk dipersembahkan.

Pertanyaan Yesus kepada murid-muridnya, siapakah yang memberikan persembahan terbesar? Si orang kaya dari remah-remah hartanya atau si janda miskin dari kekurangannya? Ternyata persembahan terbesar adalah dari si janda miskin yang memberikan persembahan dari kekurangannya.

Si janda rela mengorbankan apa yang dimilikinya dari kekurangannya untuk persembahan kepada Tuhan. Tuhan tidak pernah menuntut dari kita melebihi apa yang kita miliki. Tuhan tahu tentang kita dan apa yang kita miliki. Kita hanya mau dengan hati memberikan apa yang kita miliki, itu sudah besar bagi Tuhan. Apalagi kalau persembahan kita itu berasal dari kekurangan kita.

Terkadang orang kaya sulit menemui Tuhan, karena sibuk mengurus hartanya. Dimana hartanya, disitu pula hatinya. Cinta harta, gaya orang kaya. Orang miskin juga terkadang sulit menemui Tuhan, karena sibuk bersungut-sungut dengan kemiskinannya. Korban ketidak adilanlah, pandemi Covid-19, PHK, sulitnya mencari nafkah dan lain lain sebagai alasan sulit bertemu Tuhan. Orang kaya dan orang miskin  memiliki alasan untuk sulit bertemu dengan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun