Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Teroris Pencari Tiket ke Surga

4 April 2021   20:57 Diperbarui: 4 April 2021   21:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

   "Itu menurut kakek. Tetapi kakek kan bukan ulama yang menguasai ajaran agama dan kitab suci. Ini ajaran yang sah dari ulama. Ada ayat dan hadistnya. Kutipannya jelas sekali. Tak terbantahkan. Ini pengajarannya melalui internet dan jaringan yang tak terdeteksi pihak keamanan. Bayangkan kek. Para teroris itu tidak pernah bertemu ulama pimpinannya, mereka percaya. Dan melakukan bom bunuh diri. Mereka diajari merakit bom dan menjalankan bom bunuh diri. Mereka percaya masuk sorga dengan membunuh orang dan bahkan termasuk membunuh diri sendiri," kata Sang Cucu.

   "Itu tetap sesat pikir. Jangan diikuti," kata Sang Kakek.

   "Itu pikiran kolonial kek. Pikiran teroris milenial, membunuh orang itu merupakan tiket ke sorga. Banyak yang mempercayainya. Membayangkan sorga itu enak. Kenapa agama selalu dihubungkan dengan ajaran yang baiknya saja. Ajarannya yang dibuat dasar dan alasan untuk melakukan kekerasan dan membunuh selalu dibantah? Apakah ini kemunafikan beragama?  Apalagi kehidupan di dunia ini susah dan banyak terjadi ketidakadilan ekonomi. Pilih menjadi teroris dan dapat tiket masuk sorga saja," kata Sang Cucu.

   "Tiket ke sorga dan ketidakadilan ekonomi itu hanya alasan untuk mendukung alasan terorisme. Jangan diikuti," kata Sang Kakek lagi.

   "Apapun kata kakek, putusan saya sudah bulat. Saya akan menjadi teroris. Kalau saya mati, saya akan ke sorga. Kalau hanya tertangkap, isteriku kelak akan mengeluh tentang kesulitan ekonomi dan banyak hutang di bank," kata Sang Cucu.

   "Ini kamu makin ngawur saja. Kenapa harus menghubungkan tiket sorga dan utang di bank? Apa hubungannya?" kata Sang Kakek.

   "Kenapa sih sulit dimengerti pilihanku ini? Kalau saya mati dalam membunuh orang lain dengan bom bunuh diri, maka saya akan masuk sorga. Kalau gagal, isteri saya akan mengeluh banyak hutang, maka nanti pemimpin bangsa akan mengirim bantuan ke isteri. Enak kan? Berhasil membunuh atau tidak berhasil, semuanya memiliki keuntungan tersendiri. Tidak semua orang yang mengeluh kesulitan ekonomi mendapat bantuan. Jika isteri teroris mengeluh soal utang di bank, maka pemimpin bangsa akan mengirim uang. Enak kan menjadi teroris?" kata Sang Cucu.

   "Kamu sudah kacau pikiran. Kamu perlu diperiksa psikolog dan psikiater," kata Sang Kakek.

   "Mungkin kakek yang harus diperiksa, karena tidak update informasi tentang perkembangan zaman dan pemikiran kaum milenial tentang terorisme. Pemimpin bangsa juga kirim uang ke isteri teroris. Kok kakek gagal paham keadaan ini," balas Sang Cucu.

Sang Kakek kebingungan sendiri memikirkan cita-cita Sang Cucu yang ingin menjadi teroris. Jika berhasil membunuh akan mendapatkan tiket ke sorga? Jika gagal, isterinya akan mengeluh hutang di bank, maka akan mendapatkan kiriman uang dari pemimpin bangsa? Gawat darurat, pikir Sang Kakek.

Kisah ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan keadaan itu hanya kebetulan saja.

Salam Gawat Darurat Terorisme.

Aldentua Siringoringo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun