Sang Pencari Tiket ke Sorga.
Sang Cucu mengantar kopi Sang Kakek di teras rumah. Lalu mereka berbincang-bincang tentang cita-cita Sang Cucu.
  "Kalau kamu sudah besar ingin menjadi apa?" kata Sang Kakek memulai diskusinya.
  "Aku ingin menjadi teroris," jawab Sang Cucu.
  "Teroris? Apa maksudmu?" kata Sang Kakek. Kaget.
  "Ya, sepertinya menjadi teroris itu terkenal dan mendapat perhatian banyak orang termasuk para pemimpin bangsa," kata Sang Cucu.
  "Teroris itu bukan pekerjaan yang baik. Itu menakutkan dan membunuh orang tak berdosa," kata Sang Kakek.
  "Kita akan menggunakan ajaran agama sebagai landasannya. Dengan membunuh orang berdasarkan ajaran agama, pembunuhan itu kan dianggap jihad. Jihad itu merupakan tiket ke sorga. Enak kan? Membunuh orang dapat tiket ke sorga. Padahal banyak orang berbuat baik, banyak pahala, belum tentu masuk sorga," jawab Sang Cucu dengan enteng.
  "Wah, ini kamu ini sudah sesat pikir. Terorisme itu menyalahgunakan ajaran agama dan menyesatkan pikiran orang yang hampa imannya. Gampang diombang-ambingkan oleh orang tidak bertanggung jawab," sanggah Sang Kakek.
  "Hati-hati kek. Jangan sembarang menyebut sesat pikir. Yang mengajarkan ini kan para ulama yang dianggap ahli agama. Dan dasar yang dikutip juga adalah ayat-ayat dari kitab suci. Makanya santri atau murid yang diajarkan itu cepat percaya," kata Sang Cucu.
  "Itu penyesatan. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan membunuh untuk tiket ke sorga," bantah Sang Kakek lagi.