Overthinking vs Emang Gue Pikirin (EGP).
Di sebuah Lembaga pelayanan kami, Â ada seorang teman yang boleh dibilang Overthinking. Setiap ada diskusi, dia selalu memberi perspektif pemikiran yang berlebihan. Para teman selalu meminta, kalau dia sebagai pemberi usul terakhir. Jika dia duluan, maka bisa berakibat diskusinya panjang dan memunculkan pro kontra.
Ada satu teman lagi yang sangat pragmatis. Terlalu menyederhanakan masalah. Dia tidak mau repot-repot diskusi. Minta segera diputuskan agar segera dieksekusi. Jangan rumit-rumit ah, putuskan, segera eksekusi. Hal lain, kalian pikirkan, Emangnya Gue Pikirin? Itulah bahasa diskusinya.
Dua teman ini dalam setiap diskusi selalu berseberangan dalam metode pembahasan masalah. Kami sebagai peserta rapat sebenarnya sangat terbantu dengan dua orang teman ini. Satu berlebihan, satu pragmatis dan seakan cuek. Tinggal memadukan. Mengurangi yang berlebihan, menambah yang kurang dan terlalu pragmatis.
Namun dalam keseharian, kedua orang ini cukup akrab juga. Bisa saling memahami dan saling menerima. Walau kalau sudah masuk diskusi serius, mereka langsung berada di dua kubu yang berbeda.
Overthinking dari teman ini memang rajin membaca dan sangat tekun mengikuti perkembangan berita dan tulisan-tulisan aktual. Nah teman yang EGP juga mengikuti perkembangan berita. Makanya, jika dalam diskusi ada tentang satu kasus tertentu, mereka terkadang menyajikan berita yang sama, namun dengan cara yang berbeda.
Jika saya yang memimpin rapat, maka mereka berdua biasanya saya gilir untuk mengemukakan pendapatnya. Kalau mereka berdebat, saya alihkan kepada peserta rapat yang lain. Dan kesimpulan yang kita ambil selalu mencari jalan tengah.
Pernah sebuah diskusi untuk membantu salah satu teman yang sedang sakit. Ada usul, dibuat daftar penyumbang dan diserahkan ke teman yang lagi sakit. Teman Overthinking mempertanyakannya. Apakah dia butuh bantuan kita? Toh sudah ada asuransi dari kantor yang mengcover biaya rumah sakitnya? Apakah dia menginginkan pertolongan kita? Demikian pemikirannya yang panjang dan berlebihan itu.
Teman EGP tak kalah garangnya. Untuk apa ditanya? Setiap orang sakit butuh biaya. Tidak hanya biaya rumah sakit. Untuk beli makan dan obat ekstra. Gitu aja kok repot? Mau bantu, bantu saja. Tidak mau, nggak usah bantu. Pikiran kok jadi ruwet dan sewot. Demikian argumentasinya.
Akhirnya, semua juga ikut membantu, namun diskusinya yang terkadang seru dan membuat pembahasan melebar, dan bahkan berlebihan. Overthinking vs Emang Gue Pikirin menjadi dinamika dan romantika sebuah diskusi atau rapat.
Salam hangat