"Maaf pak guru. Saya setuju kita perlu pemikran positif agar ada kreativitas, tapi untuk matematika janganlah dipakai hal itu," kata Si Pandai.
  "Apa alasanmu?" kata Sang Guru.
  "Matematika dan ilmu berhitung itu adalah ilmu pasti, bukan kreativitas," jawab Si Pandai.
  "Dasar dari ilmu pasti apa?" tanya Sang Guru.
  "Harus bisa dibuktikan," jawab Si Pandai.
  "Ok, mari kita buktikan saja, mana tahu jawabanmu, jawaban si Pintar dan si Cerdas bisa dibuktikan. Sekarang giliranmu," kata Sang Guru.
Si Pandai maju ke depan dan menggambarkan delapan buah pensil di papan tulis. Lalu dibagi dua kelompok pensil tersebut, dan satu kelompok ada empat pensil. Dan jawaban dan buktinya benar.
  "Ada delapan pensil, saya bagi dua kelompok. Satu kelompok isinya empat. Jadi setengah dari delapan adalah empat," kata Si Pandai.
  "Baik, jawabanmu bisa kau buktikan. Sekarang giliran si Pintar," kata Sang Guru.
Si Pintar maju ke depan dan menggambar di papan tulis. Dia menulis angka 8, lalu dia membuat garis pemotong di tengah dari samping kanan dan kiri.
  "Ini adalah angka delapan dibagi dua. Angka 8 adalah dua angka nol yang diletakkan bertindihan. Begitu kita lepas, maka setengahnya adalah angka nol," kata Si Pintar.