Nasi goreng dan ngopi sesama lelaki bisa menyelesaikan banyak masalah. SBY mungkin bisa mencobanya. Modal nasi goreng dan kopi itu murah meriah dan santai. Menggugat ke pengadilan membutuhkan fakta dan data untuk bukti. Butuh dana yang tidak sedikit untuk biaya sidang dan pengacara. Butuh waktu lama dan ongkos berupa ketegangan pikiran menunggu hasil sidang.
Dalam proses berperkara, ada pameo yang menyatakan, 'habis arang, besi binasa.' Habis waktu, pikiran dan uang membeli arang mengurus perkara, eh ternyata hasilnya membinasakan. Tak ada manfaat, yang tumbuh adalah musuh. Menang kalah dalam perkara adalah biasa. Namun dampaknya seringkali tidak menyenangkan. Kenapa.
Yang menang tak bisa langsung bersukaria. Yang kalah masih bisa mencari celah untuk menggugat lagi. Terkadang ada proses gugat menggugat, gugat balik dalam satu perkara menghabiskan waktu dan uang tak terkira, sampai nilai harta atau apapun yang diperkarakan tak cukup lagi membiayai perkara tersebut. Berdamai itulah sesungguhnya solusi sejati. Kompromi, itulah awal dari solusi.
Sebelum sidang perkara dimulai, nanti ada proses mediasi. Disitu diuji, apakah para pihak bisa berkompromi atau tetap berkonfrontasi. Jika mau kompromi, maka damai akan tercapai. Damai itulah solusi guna menghindari kelanjutan konfrontasi. Harapan kita, Partai Demokrat bisa berdamai, karena damai itu indah. Semoga.
Salam hangat.
Aldentua Siringoringo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H