Jangan sebut aku abu, apalagi debu
jangan labeli aku labu, apalagi kelabu
jangan tuduh aku berdebu, apalagi penipu
Aku hanyalah diriku nan abu-abu
Abu-abu adalah pilihanku, bukan pilihanmu
Tak memihak juga pilihanku, bukan pilihanmu
Kenapa aku harus tunduk padamu, engkau bukan atasanku
Kenapa aku harus perduli kritikmu, engkau bukan siapa-siapa bagiku
Aku abu-abu, apa urusanmu?
Aku di tengah, tak perduli sanggahanmu
Aku dimanapun, itu sesukaku
Aku merdeka menentukan sikapku
Kini aku merana karena dikudeta serdadu
Kau juga tak membela apalagi memihakku
Kau tak menyapa dan tak perduli padaku
Kau tega tak menyahut dan tak mau tahu nasibku
Aku berperang, apa urusanmu?
Aku melawan ketidakadilan, apa perdulimu?
Aku membela keluargaku, apa kepentinganmu
Aku bersafari ria, apa kerugianmu?
Aku adalah abu-abu, bukan debu, bukan abu
Aku membela kehormatanku, keluargaku dan dinastiku, bukan urusanmu
Aku mempertahankan jabatanku, bukan untukmu
Aku hanya berjuang untuk diriku, keluargaku, bukan untuk negeriku.
Aku adalah abu-abu, cuaca mendung kelabu
Aku adalah abu-abu yang tak perduli dengan kesenioranmu
Aku adalah penguasa abu-abu yang bisa menghardikmu serta memecatmu
Aku pemilik kuasa yang tak akan tersentuhmu
Aku adalah aku, mau abu-abu, apa urusanmu?
Enyahlah dariku, pergi dengan kubumu
Pergilah ke sana dengan ka-el-be-mu
Aku kini bertahan dan memeluk kuasaku atas milikku.
Aku abu-abu, bukan debu, bukan abu
Walau jika aku kalah bisa menjadi debu
Bisa juga menjadi  abu
Tapi kini, aku masih abu-abu, belum jadi  abu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H