Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Honorer Sayang, Guru yang Malang

19 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 19 Februari 2021   08:47 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru Honorer Sayang, Guru Yang Malang.

Heboh nasib Hervina, guru honorer di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang dipecat karena mengunggah gaji di media sosial. Gaji yang diperolehnya sebesar tujuh ratus ribu dari dana BOS untuk  tenggang waktu empat bulan.

Pemecatannya  juga aneh bin ajaib. Yang memecat adalah suami kepala sekolah melalui pesan pendek. Memang Suami kepala sekolah ini adalah mantan kepala sekolah di sekolah SD Negeri tersebut dan ketika dia menjabat kepala sekolahlah Guru Honorer Hervina ini direkrut. Dia yang merekrut, dia juga yang memecat. Mantan kepala sekolah memecat guru honorer.

Sekolah negeri ini juga seperti oligarki juga. Habis suami, isteri menjadi kepala sekolah. Mungkin nanti, habis isteri sedang dipersiapkan anaknya menggantikannya. Siapa tahu?

Ada juga yang menyalahkan guru honorer yang mengunggah gaji yang diperolehnya tersebut. Padahal dia katanya karena bangga dan bersyukur mengunggahnya. Dan isi unggahannya juga unik dan aneh. Dia menjelaskan bahwa dia dapat dari Dana BOS sebesar tujuh ratus ribu rupiah untuk jasa selama empat bulan.

Dia membuat rincian penggunaan uang tersebut, lima ratus ribu untuk ibu, untuk bayar utang, untuk anak. Habis sudah uang yang tujuh ratus ribu. Diakhiri dengan kata nada ngeles, bagianku mana? Ini mungkin yang dianggap orang kurang elok. Kepala sekolah menganggap ini tindakan tidak tahu berterima kasih. 

Suami kepala sekolah langsung bertindak, "silahkan cari sekolah lain tempatmu kerja yang bisa memberikan gaji yang tinggi,"katanya lewat pesan singkat.  Serulah pemecatan ini. Lewat pesan singkat. Tanpa Surat Keputusan. Nasib dan status berujung di pesan singkat.

Pemecatan ini juga viral, lalu semua meminta agar guru honorer ini tidak dipecat karena mengunggah gajinya di media sosial. Mulai dari PGRI, pengamat, anggota DPRD sampai anggota DPR RI.  Lalu muncul alasan baru, karena ada guru PNS yang masuk ke sekolah tersebut, jadi guru honorernya harus dipecat. Itu juga tidak boleh menjadi alasan.

Riuh juga beritanya, lalu akhirnya DPRD Kabupaten Bone menengahi masalah ini. Akhirnya ditemukan jalan keluar, guru honorer bisa kembali mengajar di SD Negeri tersebut. Saling memaafkan dan saling menerima. Wow, sejuk juga.

Kasus ini seakan membuka topeng  masalah guru honorer kita. Ketika bangsa ini kekurangan guru dan pengadaan guru belum bisa diadakan, maka pendidikan kita sangat tergantung kepada bantuan guru honorer. Namanya guru honorer, maka sang guru hanya menerima honor seadanya. 

Seperti guru honorer yang dipecat ini sudah mengabdi selama enam belas tahun tetap sebagai guru honorer hanya mendapat lima ratus ribu sampai tujuh ratus ribu selama empat bulan?  Seenaknya dipecat lewat pesan singkat oleh suami kepala sekolah. Mantan kepala sekolah. Tragis. Tapi itu kenyataan yang masih terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun