Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Raja AHY Berkirim Surat.

7 Februari 2021   19:58 Diperbarui: 7 Februari 2021   20:15 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen.

Sang Raja AHY Berkirim Surat.

Sang Raja Angku Hulubalang Yesman (AHY) adalah seorang raja muda di Kerajaan di Pulau Dayang-dayang (PD), sebuah kerajaan di sebuah pulau yang indah dan  terkenal. Ayahnya Sultan Baginda Junjungan (SBJ) adalah mantan Raja yang termashyur dulu masa kejayaannya.

Raja Angku Hulubalang Yesman sebenarnya bukan nama aslinya. Karena dia anak Raja, darah biru, maka dia disebut Angku. Dia terkenal sebagai Hulubalang yang dulu melanglangbuana dan belajar sampai ke negeri asing. Yesman disebutkan karena dia orang yang patuh dan tunduk kepada ayahnya termasuk ketika dia disuruh mundur sebagai Hulubalang, maka orang menyebutnya Manusia yang patuh dan tunduk. Namun karena para anggota penguasa kerajaan ini lebih fasih berbahasa Inggeris daripada bahasa kerajaannya sendiri, maka dibuatlah namanya Yesman.  Nama lengkapnya menjadi Angku Hulubalang Yesman. Orang menyingkatnya Raja AHY.

Suatu malam berkumpullah para panglima perang atau komandan Hulubalang meminta waktu kepada Raja AHY. Bersama mereka ada beberapa Kepala Kampung yang datang dari jauh dengan wajah capek dan lesu. Abdi dalam yang mengatur protokoler kerajaan melapor kepada Sang Raja.

   "Apa urgensinya para panglima perang dan kepala kampung harus saya terima?" tanya Sang Raja.

   "Sepertinya ini sangat penting Tuanku Raja," jawab abdi dalam.

   "Penting seperti apa?" kata Sang Raja lagi.

   "Wajah Para Panglima Perang tegang dan wajah Kepala Kampung lesu dan capek," kata Abdi Dalam.

   "Ok, suruh mereka masuk ke pendopo. Nanti saya menyusul," titah Sang Raja.

   "Baik, Tuanku Raja," kata Abdi Dalam sambil mengundurkan diri.

Di Pendopo sudah berkumpul para Panglima Perang dan beberapa Kepala Kampung. Sang Raja AHY datang didampingi para penasehat Raja. Semua berdiri dan memberi hormat kepada Sang Raja.

   "Selamat malam, apa kabar yang ingin disampaikan, sepertinya ini berita penting," kata Sang Raja sambil duduk di kursi yang khusus untuk Raja.

   "Siap tuanku. Jika Tuanku Raja berkenan mendengar laporan dari kami panglima perang dan Para Kepala Kampung yang datang dari jauh, kami akan memberikan laporan penting," kata salah seorang panglima perang.

   "Silahkan," titah Sang Raja.

   "Baik yang mulia. Para Kepala Kampung melaporkan kepada kami para panglima perang, bahwa mereka baru saja pulang dari pertemuan dengan Kepala Abdi Dalam Kerajaan sebelah kerajaan kita. Mereka diajak mau melakukan kudeta kepada raja. Para kepala Kampung kita ini masih setia kepada Tuanku Raja, makanya mereka segera datang melaporkannya kepada Tuanku Raja," kata Sang panglima Perang.

   "Apa? Kepala Abdi Dalam Kerajaan sebelah kita mau melakukan kudeta? Ini fakta atau fitnah?" kata Sang Raja tiba-tiba galau.

   "Benar tuanku raja. Tuanku Raja mengenal kami semua dan para kepala kampung ini adalah kepala kampung yang patuh dan loyal kepada tuanku. Mereka termasuk kepala kampung yang patuh menyetor upeti sebagaimana dititahkan Tuanku Raja," kata Sang panglima perang.

   "Baik, kalau kalian yakin bahwa ini adalah fakta dan bukan fitnah atau kebohongan, ini masalah serius. Harus ada tindakan menghadapi ini. Saya akan pikirkan dulu malam mini. Besok pagi, seluruh panglima perang dan penasehat kerajaan berkumpul di ruang rapat kerajaan," titah Sang Raja. Dia selalu ingat nasehat ayahnya. Jangan pernah terburu-buru mengambil keputusan. Jangan mengambil keputusan ketika galau.

   "Siap Tuanku Raja," jawab Sang panglima perang.

   "Sampai disini dulu, kita istirahat saja sampai besok pagi," kata Sang Raja sambil pergi meninggalkan pendopo. Hatinya galau, bingung dan penasaran. Baru berapa bulan menjadi raja, sudah ada yang mau melakukan kudeta, pikirnya.

   "Besok paginya, para panglima perang dan penasehat kerajaan sudah berkumpul semua di ruang rapat kerajaan. Semua berdiri dan menaruh hormat ketika Sang Raja datang dan memasuki ruang rapat.

   "Selamat pagi semua para panglima perang dan penasehat kerajaan. Seperti pembicaraan kita dengan para kepala kampung yang diajak oleh Kepala Abdi Dalam kerajaan sebelah untuk kudeta. Saya ingin mendengar pendapat para panglima perang dan penasehat tentang langkah apa yang harus kita lakukan menghadapi masalah ini. Silahkan bicara," kata Sang Raja.

   "Tuanku Raja. Ini masalah serius, kita harus menyusun rencana menghadapi ini. Ini sudah mengajak perang. Ini sudah mengganggu kedaulatan kerajaan kita. Kita harus menggunakan strategi perang menghadapinya," kata salah seorang panglima perang.

 Beberapa panglima perang memberikan usul. Rupanya mereka sudah menyusun rencana perang semalaman untuk diajukan kepada Sang Raja. Mereka menyiapkan beberapa rencana. Rencana A, B dan C. Bahkan ada rencana cadangan. Memang dasar Hulubalang kawakan, mereka selalu siap dengan strateginya.

   "Baiklah para panglima perang yang sudah menyampaikan rencananya, bagaimana pendapat para penasehat kerajaan?" tanya Sang Raja.

   "Baik tuanku. Menurut hamba sebagai penasehat kerajaan, semua usulan perang yang diajukan para panglima perang yang penuh strategi hulubalang ini baik. Namun sebaiknya tuanku raja bertanya dan minta pendapat dulu kepada ayahanda tuanku raja yaitu Sultan Baginda Junjungan. Sebagai mantan hulubalang terkenal dan mantan raja, apalagi beliau adalah ayahanda dari tuanku.  Sangat bijak jika dimintai nasehat dulu," kata penasehat kerajaan tersebut.

   "Baiklah, saya akan membawa rencana strategi perang usulan dari para panglima perang ini. Terima kasih semuanya," kata Sang Raja menutup pertemuan.

Sang Raja pergi menghadap Sultan Baginda Junjungan yang merupakan ayahnya dan mantan raja yang digantikannya. Mereka bertemu berdua di taman di belakang rumah Sultan Baginda Junjungan.

   "Jangan terjebak dengan usulan para panglima perang kerajaan. Semua harus dihitung. Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Ini harus kita perhitungkan secara matang. Pilihan strateginya harus pas," kata SBJ, ayahnya.

   "Itulah sebabnya saya mendatangi ayah dan belum memutuskan. Nasehat ayahanda yang berpengalaman dalam soal perang dan mengelola kerajaan sudah mumpuni. Anakmu ini masih baru belajar, tolong ajari anakmu ini," kata Sang Raja AHY.

   "Sebaiknya jangan langsung perang dulu. Kita atur saja strateginya, bagaimana berperang tanpa senjata, namun kita harus diperhitungkan. Kita buat semua repot. Kita lemparkan bola panas ke dalam istana Kerajaan sebelah, biar mereka yang ribut dan kita tinggal menonton keriuhan itu. Dan kita akan menjadi terkenal," kata ayahnya.

   "Baik ayah. Ajari saya bagaimana caranya. Saya kan anakmu. Saya memang raja, tapi ahlinya kan ayahanda. Mohon pengajaran dan petunjuk," kata Sang raja kepada ayahnya. Ayahnya senang, karena anaknya raja ini meminta petunjuk dari dirinya. Bangga sebagai mantan raja yang selalu ditanya raja. Anaknya memang raja, tapi dia adalah mantan raja dan ayahnya Sang raja.

Mereka berdua sepakat, bahwa Sang Raja AHY akan berkirim surat ke raja tetangga untuk mempertanyakan keterlibatan Kepala Abdi Dalam kerajaan tersebut yang ingin melakukan kudeta atas kerajaannya dengan mengajak para kepala kampungnya untuk melakukan kudeta.

Setelah berkirim surat, mereka akan mengumumkan pengiriman surat itu agar istana kerajaan sebelah heboh dan saling menyalahkan. Itulah rencana mereka berdua. Surat dikirim. Pengumuman yang mengundang para kuli tinta juga dilakukan. Berita cepat menyebar. Kehebohan pun terjadi, seperti yang direncanakan.

(Bersambung)

Catatan : Kisah ini adalah fiksi. Jika ada kesamaan nama atau kejadian, itu hanya kebetulan saja. Jangan dibawa baperan.

Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun