Kalau tidak cukup kopi satu gelas, tambuah ciek lagi. Pembahasan diperluas lagi. Bagaimana menambah upaya test bagi semua warga negara. Bagaimana supaya vaksinasi dipercepat agar tercapai herd community atau kekebalan komunal. Bagaimana pemulihan ekonomi nasional? Nah pasti diskusinya enak.
Isu kudeta jangan dibahas lagi. Itu sudah basi. Dan rakyat tidak membutuhkan diskusi isu kudeta, nggak ada manfaatnya bagi rakyat. Rakyat butuh makan, butuh pekerjaan, butuh pemulihan ekonomi. Bukan isu politik kudeta, pilpres 2024. Rakyat tidak butuh itu sekarang.
Nah, lalu apa kesimpulan diskusi sambil ngopi bareng? Umumkan ke rakyat. Boleh buat Konprensi Pers lagi. Nah buatlah surat ke Presiden bahwa partai politikmu mau ikut bersama pemerintah menciptakan kekebalan komunal. Berpartisipasi membagikan masker ke masyarakat, karena kekayaannya tidak akan habis dengan membagi masker ke masyarakat. Nah begitu kan enak.
Presiden pasti membalas surat itu. Karena presiden sedang mengharapkan semua elemen bangsa membahas dan bertindak ikut serta mengatasi Pandemi Covid-19 ini. Bukan membahas isu kudeta. Itu juga tak menarik bagi presiden Jokowi. Itu urusan dalam negeri atau internalnya PD. Tak menarik bagi rakyat.
Kalau sudah begitu, ngopi bareng bisa mendinginkan suhu politik ini. Energi membahasnyapun menjadi hemat. Dengan ngopi-ngopi, hati dan pikiran bisa tenang. Saraf bisa luwes, tidak tegang, maka stroke juga terhindar.
Sekali lagi AHY dan Moeldoko, ayolah ngopi bareng. Jangan satu orang ngopi, satu lagi grogi. Sama-sama ngopi, tak ada lagi yang grogi. Enak di sana, enak di sini. Jangan enak Moeldoko ngopi, AHY di seberang sana grogi. Itu namanya tidak temanan. Dan tidak kompak. Ayo ngopi bareng.
Salam hangat.