Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaya Skenario Victim AHY ala SBY, Siapa yang Menjadi Korban?

4 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 4 Februari 2021   18:12 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kata pepatah, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Itu kata pepatah. Tapi seringkali kata pepatah itu juga nyata. Terjadi dalam kenyataan. Ketika isu kudeta Partai Demokrat terjadi, maka pikiran itu tiba-tiba muncul dalam ingatan. Ingatan tentang penggunaan Skenario Victim atau korban dari SBY.

Ketika pertama kali mencalonkan diri menjadi Capres pada Pilpres 2004 dimana pertama kali dilakukan Pilpres secara langsung, maka berhadapanlah SBY sebagai penantang dengan Megawati sebagai petahana.

Kalkulasi politik dan perkiraan bisa saja mengunggulkan Megawati sebagai petahana dan masih kuat pengaruh eforia PDIP dengan kemenangan yang baik pada Pemilu 1999, pemilu pertama sesudah reformasi dan kejatuhan Orde Baru pada tahun 1998.

SBY dengan strategi victim Bersama Jk yang sama-sama mundur dari Kabinet Megawati sebagai Menko dan benar-benar menggunakan strategi victim atau korban memenangkan pilpres tersebut. Memang penggabungan strategi militer dan strategi victim telah membuahkan kemenangan itu. Dipadukan lagi dengan jaringan JK di Indonesia Bagian Timur. Mantaplah strategi itu.

Kenapa strategi victim itu berhasil? Orang Indonesia terlalu mudah baperan, terbawa perasaan. Dengan eksploitasi sebagai korban, ternyata sangat ampuh mengambil hati para pemilih Indonesia. Apalagi pemilih Indonesia pada waktu itu didominasi wanita. 

Jargon sebagai korban, apalagi yang mengorbankan SBY dan JK itu adalah Megawati dan seorang perempuan, maka berhasillah membangun citra korban tersebut. Dan Pilpres 2004 itu dimenangkan penantang terhadap petahana.

Sesudah itulah dibangun Partai Demokrat dan bisa menjadi pemenang Pemilu tahun 2009 dengan segala dugaan kecurangan yang tak pernah dituntaskan. SBY terpilih sebagai presiden lagi dalam Pilpres 2009. Karena sesudah Pemilu tersebut mantan anggota KPU menjadi pengurus partai. 

Dengan dua periode kepemimpinannya dan kemenangan Partai Demokrat telah membawa SBY dan pengikutnya menjadi penguasa di republik ini. Kekuasaan dan kekuatannya menggurita.

Kehadiran Jokowi pada tahun 2014 yang tidak disangka memenangkan Pilpres membuat posisi Partai Demokrat mengalami penurunan dan Pemilu dimenangkan PDIP. Pada tahun 2019 kembali Jokowi memangkan Pilpres dan Partai Demokrat tetap berada di luar pemerintahan.

AHY yang mundur dari militer dengan pangkat terakhir adalah mayor mencoba peruntungan dengan maju sebagai DKI-1 pada tahun 2017. Namun masih kalah dari Anies Baswedan dalam perhelatan pilgub DKI tersebut. Lalu, semakin terpinggirkanlah posisi dari Partai Demokrat.

Hiruk pikuk UU Cipta Kerja dengan aksi Fraksi Demokrat di DPR dan berbagai polemik dan perbedaan pendapat dalam banyak hal di DPR dan sikap kepada pemerintah, maka posisi Demokrat semakin terpinggir. SBY sebenarnya berharap AHY diikutkan dalam kabinet dengan berbagai manuver strategi komunikasi dan pendekatan kepada Jokowi. Namun usaha dan strategi tersebut belum membuahkan hasil. Kandas. Akhirnya AHY ditempatkan menjadi Ketua Umum DPP Partai Demokrat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun