Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wajah Negeriku di Masa Pandemi Covid-19

3 Februari 2021   09:25 Diperbarui: 3 Februari 2021   09:31 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Catatan Pengantar:

Tulisan ini adalah karya dari seorang peserta Latihan Penulis Writing Is Fun (WIF) yang kami sebutkan dalam tulisan Sang Pembelajar, Belajar dan Mengajar Senin, 1 Pebruari 2021. Aldentua Siringoringo.

WAJAH NEGERIKU DI MASA PANDEMIK COVID-19

Selasa, 2 Februari 2021

Oleh : Markus Fernando Siahaan

Senin, 01 Februari 2021 tepat pada pukul 16.00 WIB sehabis kerja Ando pulang dengan mengendarai mobil baru yang ia beli setelah menerima gaji dan bonus pendapatannya.

Erna    : "Bang, itu mobil siapa?"

Ando : "Mobil tetangga dek, hehehe..."

Erna    : "Lah...., jadi kok abang masukin ke dalam bang? Kan mama selalu bilang jangan biasakan minjam bang, apalagi abang masih punya motor."

Ando : "Memang yah, dirimu begitu ingat semua pesan mama."

Erna    : "Ya Iyalah bang, pesan orang tua itu harus diperhatikan dan dilaksanakan bang."

Ando : "Iya, iya, abang juga paham."

Erna    : "Jadi kenapa abang pinjam mobil tetangga bang?"

Ando : "Bukan na, itu mobil abang, tadi abang baru dapat gaji, Puji Tuhan lumayan besar, dan ditambah tabungan abang ya cukuplah beli mobil. Makanya tadi abis abang kerja langsung ke dealer mobil."

Erna    : "Jadi itu mobil abang???" (terkejut terheran -- heran)

Ando : "Hehehe..."

Erna    : "Wahhh.,, seandainya mama tahu pasti mama sudah sangat senang bang"

    "Erna salut sama abang."

Ando : "Sudah -- sudah, dari tadi ngomong aja, ngak niat nih coba mobil abang?"

Erna    : "Serius bang?" (terkejut terheran -- heran) "Mau bang mau, ayok bang kita keliling -- keliling kota"

Ando : "Ya Sudah, ambil maskermu sekalian sama hand sanitizer biar kita berangkat"

Erna    : "Masker? Buat apa lagi bang? Kan kita naik mobil bang"

Ando : "Mau naik mobil, naik motor, naik pesawat, jalan kaki, atau merayap pun kau ya kalo keluar dari rumah wajib pakai masker"

Erna    : "Tapi bang, jadi ngak Nampak lah nanti wajahku yang cantic ini, hehehehe"

Ando : "Setidaknya wajahmu lebih cantik dari wajah negeri ini Er;"

Erna    : "Maksudnya bang?"

Ando : "Cepat kau ambil maskermu atau nggak dirimu akan abang tinggal"

Erna    : "Ehhhh, tunggu bang, sudah sudah"

    "Tarik bangggg"

Ando : "Semongkoooo,"

*di perjalanan sore menikmati mobil baru sembari berkeliling kota*

*Di lampu merah

Erna    : "Kasihan ya bang anak -- anak itu, ibu itu juga, mengemis di bawah panasnya terik matahari, pake masker pun tidak. Bisa -- bisa orang itu menularkan virus kan bang!"

Ando : "Ya begitulah, seharusnya mereka tidak harus sampai kek gitu kali, tapi akibat keserakahan dan ketamakan si Juli, ya sekarang mereka tidak bisa menikmati sedikit kenikmatan dunia ini."

Erna    : "Juli? Maksudnya Juli yang mana ni bang? Julia Perez maksud abang?"

Ando : "Lah kok Julia Perez?, maksud abang itu Juliari Batubara loh na"

Erna    : "Ohhh...., menteri sosial ya bang?"

Ando : "Lebih tepatnya MANTAN MENTERI SOSIAL Na"

Erna    : "Emang ada cerita apa dengan dia bang?"

Ando : "Lahhh ko ga tau? Dia kan korupsi bantuan sosial sembako akhir tahun yang lalu Na" "Padahal bantuan itu ada karena pandemik ini juga Na, namun ya begitulah."

Erna    : "Kejam ya bang, ngak ada otak dia"

Ando : "Ada Na, otak dia itu ada, Cuma hatinya yang ngak ada"

Erna    : "Hmmm.... Iyalah bang, entah apa yang merasukinya bang"

*terdiam sejenak sembari melanjutkan perjalanan*

Erna    : "Bang, inikan jalan arah ke taman."

Ando : "Hah jadi?"

Erna    : "Kita singgah bentar ya bang, siapa tau ada yang baru gitu hehehe"

Ando : " Ok"

*setibanya di taman, mereka turun dari mobil dan berjalan kecil melihat keramaian*

Ando : "Na pulang aja yuk"

Erna    : "kenapa bang? Kan kita baru nyampe."

Ando : "Rame kali Na, ngak ada yang perhatikan social distancing."

Erna    : "kan kita sudah pakai masker bang,"

Ando : "Tidak cukup Na, kerumunan itu sangat riskan menjadi cluster."

      "Disaat ini kita harus menghindari kerumunan Na, jika tidak kita sendiri yang nantinya jadi korban."

Erna    : "Ok lah bang, Erna nurut sajalah."

*Tiba -- tiba Pale dan Erna berpapasan. Mereka adalah teman satu sekolah.

Erna    : "Bang, itu Pale kan bang?"

Ando : "Ehhh, iya, sepertinya itu Pale."

Erna    : "Palll...!" (berteriak memanggil Pale)

Pale     : "Erna?"

*Erna dan Pale bersamalam

Erna    : "Sudah lama ya Pal kita ngak jumpa"

Pale     : "Iya ni Na, Cuma karna pandemik ini, semua terhambat, belajar daring, ngak bisa jumpa sama kawan.

*Sembari berbincang Pale ingin menyalam Ando, tetapi dia menghindar

Ando : "Maaf," menolak salam Pale

Pale     : "Kenapa Bang?"

Ando : "Saat ini masa pandemik, tidak baik bersentuhan dengan orang lain, kita tidak tahu dimana dan pada siapa virus itu berada Pal"

Pale     : "Baiklah bang,"

Ando : "Erna, bersihkan tanganmu pakai hand sanitizer tadi."

Erna    : "Tapi bang Pale sehat kok bang."

Ando : "PAKAI!" raut wajah Ando berbeda

*Ando dan Erna akhirnya keluar dari taman dan melanjutkan perjalanannya*

Erna    : "Bang, tadi abang bilang wajah Erna lebih cantik dari wajah negeri ini."

Ando : "Hmmm, jadi?"

Erna    : "Maksud abang bagaimana? Emangnya kekmana wajah negeri kita ini bang?"

Ando : "Ya begitu, wajah negeri kita di masa pandemik ini tidak seindah yang diharapkan."

Erna    : "Langsung to the point aja lah bang..!"

Ando : "Ada banyak masalah di negeri kita, apalagi di tahun kemarin, kan sempat waktu itu ada ricuh akibat DPR yang memutuskan RUU baru, padahal saat itu masih awal dari pandemik, kan masyarakat harapannya ya itu dulu lah yang diatasi."

    "Ngak Cuma itu, vaksinasi yang dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 juga mendapat respon positif dan negatif dari masyarakat, padahal itu semua untuk kebaikan kita juga"

Erna    : "Jelek ya bang,"

Ando : "Ya sebelas dua belas lah denganmu,"

Erna    : " Hmmm.," memasang wajah kusam

*terjadi kemacetan*

Erna    : "Yahhh..., jadi lama pulang lah kita bang."

Ando : "Namanya juga sore Er, orang -- orang kan pulang dari kerja, macet lah

*di pinggir jalan ada baliho kampanye calon kepala daerah*

Erna    : "Ganteng ya bang calon wali kota itu"

Ando : "dia bukan calon lagi, tetapi memang sudah terpilih."

Erna    : " Oh..., berarti sudah bertugas ya bang?"

Ando : "Belum Naaa,"

Erna    : "Semoga lah dia bisa memajukan kota kita ini ya bang,"

Ando : "Ya, terlebih lagi meminimalisir dampak pandemik Na, apalagi korban sekarang ini terus bertambah."

Erna    : "Menurut abang, apa yang bisa Erna lakukan untuk terhindar dari pandemik Covid-19 bang?"

Ando : "Apa??? Itu pun dirimu tak paham? Kurang asam;"

Erna    : "Hehehehe, siapa tau gitu ada tips yang lebih mujarab"

Ando : "Intinya kau jaga lah kebersihan, jangan lupa pakai masker, rajin cuci tangan, jauhi kerumunan, tingkatkan imunitas, dan yang pasti jangan pernah melawan sama abang!"

Erna    : " Hahahahaha..., kalo itu nya bang sudah hal -- hal bisa kan bang, kecuali yang terakhir itu, heheheh."

Ando : "Iya, itu sudah merupakan hal biasa yang harus kita lakukan dan sudah berjalan kurang lebih satu tahun, namun kenyataannya, lihat itu, mereka tidak pakai masker, itu lagi yang di tempat nongkrong, tidak peduli dengan jarak, bahkan tempat -- tempat cuci tangan yang dulunya disebar di tiap depan took kini sudah hilang."

    "Terpenting sekarang itu jaga diri masing -- masing, jika kita harapkan orang lain tidak akan ada gunanya, itu sama saja dengan omong kosong.

    "Kita harus sama -- sama mempercantik wajah negeri ini, jika tidak, negeri kita ini akan jelek dan tidak ada yang mau menjadi pacarnya."

Erna    : "siap komandan"

    "ceritanya abang lagi khotbah nih ??"

Ando : "Ngak gitu juga Naa,"

Indahnya persaudaraan...*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun