Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjaga Keragaman

3 Februari 2021   07:20 Diperbarui: 3 Februari 2021   07:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan Pengantar:

Tulisan ini adalah karya dari seorang peserta Latihan Penulis Writing Is Fun (WIF) yang kami sebutkan dalam tulisan Sang Pembelajar, Belajar dan Mengajar Senin, 1 Pebruari 2021. Aldentua Siringoringo.

 

PENJAGA KERAGAMAN

Selasa, 02 Februari 2021

Oleh : Frando Nainggolan

Dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, baik itu peristiwa pandemi covid-19, bencana alam, jatuhnya pesawat Sriwijaya Aie Sj-182, Peristiwa Reshuffle Kabinet/Menteri banyak pandangan para politikus yang yang tidak pro dengan pemerintah/yang terus-menerus mengkritik pemerintah menilai bahwa, kebhinekaan kita semakin memudar. 

Para politikus yang tidak pro dengan pemerintah menganggap kebhinekaan itu semakin memudar kerena mereka melihat dari kaca mata mereka sendiri yang penuh kebencian terhadap pemerintah yang tidak mereka dukung, seakan-seakan jadi berpangaruh kepada kebhinekaan yang kita anut, padahal sebenarnya tidak. 

Terungkapnya kejahatan terorisme dan radikalisme, serta ujaran kebencian yang kita baca di media sosial, bahkan tulisan-tulisan di spanduk yang digelar di publik sepertinya membenarkan pandangan itu. Kondisi ini memprihatinkan. Sedih, mengapa rasa dan jiwa kebhinekaan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, seperti hilang. 

Di titik ini, sebagai patriot Indonesia sejati, hati dan jiwa kita harus tergerak, dan berbuat untuk mematahkan rasa radikalisme dan rasa penghujatan kepada pemerintah, sebab pemerintah sudah berbuat dan bertindak dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, dan sesegera mungkin kita harus berupaya dan mengupayakan merajut kembali jalinan pengikat tali persaudaraan keindonesiaan kita yang terobek ini. Indonesia kita bukan di media sosial atau di spanduk. 

Indonesia kita bukan tercermin dari sekelompok orang yang radikal, sekelompok orang yang menganggap pemerintah itu diam di peristiwa yang ada. Tetapi Indonesia kita itu terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.

Menggunakan mata hati yang lebih objektif, mari kita lihat hubungan-hubungan nyata yang terjadi seharihari antarwarga, antarkeluarga, antarsuku, antarkomunitas, antaragama di Negara yang kita cintai ini. Sejatinya masyarakat kita mengapresiasi dan menjalankan hidup sebagai insan Indonesia yang dari ditakdirkan berbhineka itu.

 Oleh sebab itu diharapkan juga kepada para jurnalis, pembawa berita, bahkan penggiat media sosial, supaya melaksanakan kode etik  sebagai jurnalistik, kode etik sebagai pembaca berita, dan kode etik penggiat media sosial agar jangan  memanipulasi fakta yang ada, yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk peristiwa-peristiwa itu. Para jusnalis, pembawa berita, penggiat media sosial diminta menceritakan peristiwa seobjektif mungkin, itulah tugasnya yang paling mulia. 

Mewartakan fakta nyata dan menyajikannya kepada sidang pembaca untuk membuka mata dunia. Dari goresan penanya, para pembaca, mendapat berita. Ada kabar duka tapi tentu banyak kabar tentang suka dan bahagia. Oleh sebab itu kepada setiap para jurnalis, para kaum muda, para penggiat media media sosial, para aparatur negera, dan kita semua yang berada di tanah air yang kita cinta ini, mari bersama-sama mengidupkan kembali pemahaman yang salah tentang kebhinekaan itu, menjadi pamahaman kebhinekaan yang sejati, yang bertindak, untuk memancarkan kerukunan, ke-gotong-royongan dan persatuan. 

Seperti maklumat yang tercantum dalam Kebhinekaan itu (Bhinneka Tunggal Ika; Berbeda-beda tetapi tetap satu), karena Bhinneka Tunggal Ika masih hidup subur di dada putra putri Ibu Pertiwi. Teruslah kita pelihara dan kita wariskan nilai-nilai luhur bangsa ini kepada anak cucu. Sampaikan kabar baik ini kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di Indonesia tercinta ini, sepaya kita menjadi insan-insan penjaga keragaman itu untuk mengikat persatuan. Akhir kata saya katakan, Salam penjaga keragaman dan salam Kebhinekaan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun