Menggunakan mata hati yang lebih objektif, mari kita lihat hubungan-hubungan nyata yang terjadi seharihari antarwarga, antarkeluarga, antarsuku, antarkomunitas, antaragama di Negara yang kita cintai ini. Sejatinya masyarakat kita mengapresiasi dan menjalankan hidup sebagai insan Indonesia yang dari ditakdirkan berbhineka itu.
 Oleh sebab itu diharapkan juga kepada para jurnalis, pembawa berita, bahkan penggiat media sosial, supaya melaksanakan kode etik  sebagai jurnalistik, kode etik sebagai pembaca berita, dan kode etik penggiat media sosial agar jangan  memanipulasi fakta yang ada, yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk peristiwa-peristiwa itu. Para jusnalis, pembawa berita, penggiat media sosial diminta menceritakan peristiwa seobjektif mungkin, itulah tugasnya yang paling mulia.Â
Mewartakan fakta nyata dan menyajikannya kepada sidang pembaca untuk membuka mata dunia. Dari goresan penanya, para pembaca, mendapat berita. Ada kabar duka tapi tentu banyak kabar tentang suka dan bahagia. Oleh sebab itu kepada setiap para jurnalis, para kaum muda, para penggiat media media sosial, para aparatur negera, dan kita semua yang berada di tanah air yang kita cinta ini, mari bersama-sama mengidupkan kembali pemahaman yang salah tentang kebhinekaan itu, menjadi pamahaman kebhinekaan yang sejati, yang bertindak, untuk memancarkan kerukunan, ke-gotong-royongan dan persatuan.Â
Seperti maklumat yang tercantum dalam Kebhinekaan itu (Bhinneka Tunggal Ika; Berbeda-beda tetapi tetap satu), karena Bhinneka Tunggal Ika masih hidup subur di dada putra putri Ibu Pertiwi. Teruslah kita pelihara dan kita wariskan nilai-nilai luhur bangsa ini kepada anak cucu. Sampaikan kabar baik ini kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di Indonesia tercinta ini, sepaya kita menjadi insan-insan penjaga keragaman itu untuk mengikat persatuan. Akhir kata saya katakan, Salam penjaga keragaman dan salam Kebhinekaan. Â