Catatan Pengantar:
Tulisan ini adalah karya dari seorang peserta Latihan Penulis Writing Is Fun (WIF) yang kami sebutkan dalam tulisan Sang Pembelajar, Belajar dan Mengajar Senin, 1 Pebruari 2021. Aldentua Siringoringo.
Â
PENJAGA KERAGAMAN
Selasa, 02 Februari 2021
Oleh : Frando Nainggolan
Dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, baik itu peristiwa pandemi covid-19, bencana alam, jatuhnya pesawat Sriwijaya Aie Sj-182, Peristiwa Reshuffle Kabinet/Menteri banyak pandangan para politikus yang yang tidak pro dengan pemerintah/yang terus-menerus mengkritik pemerintah menilai bahwa, kebhinekaan kita semakin memudar.Â
Para politikus yang tidak pro dengan pemerintah menganggap kebhinekaan itu semakin memudar kerena mereka melihat dari kaca mata mereka sendiri yang penuh kebencian terhadap pemerintah yang tidak mereka dukung, seakan-seakan jadi berpangaruh kepada kebhinekaan yang kita anut, padahal sebenarnya tidak.Â
Terungkapnya kejahatan terorisme dan radikalisme, serta ujaran kebencian yang kita baca di media sosial, bahkan tulisan-tulisan di spanduk yang digelar di publik sepertinya membenarkan pandangan itu. Kondisi ini memprihatinkan. Sedih, mengapa rasa dan jiwa kebhinekaan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, seperti hilang.Â
Di titik ini, sebagai patriot Indonesia sejati, hati dan jiwa kita harus tergerak, dan berbuat untuk mematahkan rasa radikalisme dan rasa penghujatan kepada pemerintah, sebab pemerintah sudah berbuat dan bertindak dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, dan sesegera mungkin kita harus berupaya dan mengupayakan merajut kembali jalinan pengikat tali persaudaraan keindonesiaan kita yang terobek ini. Indonesia kita bukan di media sosial atau di spanduk.Â
Indonesia kita bukan tercermin dari sekelompok orang yang radikal, sekelompok orang yang menganggap pemerintah itu diam di peristiwa yang ada. Tetapi Indonesia kita itu terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.