Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Anggota DPR Marah, Lalu Minta Jatah CSR, Sungguh Memalukan.

7 Juli 2020   05:30 Diperbarui: 7 Juli 2020   05:31 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat Pagi Indonesia.

Sang Anggota DPR Marah, Lalu  Minta Jatah CSR,  Sungguh  Memalukan.

Sang Cucu sudah tidak sabaran menunggu Sang Kakek kembali dari jalan pagi dengan teman-temannya. Kopi sudah tersedia, namun yang mau minum kopi belum tiba. Eh, tiba-tiba Sang Kakek muncul sudah di depan pagar.

   "Kok lama benar jalan paginya kek?" tanya Sang Cucu.

   "Tadi jalannya agak melambat karena asyik diskusi tentang perdebatan DPR dengan Dirut PT INALUM yang heboh itu," jawab Sang Kakek.

   "Yang diusir oleh anggota DPR itu kek?" kata Sang Cucu minta penegasan.

   "Ya. Itu kan anggota DPR abangnya Sang Bendahara yang baru Cuti Menjelang Bebas itu," Kata Sang Kakek.

   "Ramai dong diskusinya," kata Sang Cucu.

   "Ya. Tapi yang paling ramai tadi bukan soal pengusirannya, tapi buntut dari rapat itu," kata Sang Kakek.

   "Apa buntutnya kek?" kata Sang Cucu.

   "Setelah marah, tegang dan Sang Dirut diusir dari ruang sidang, pimpinan sidangnya menyatakan reses dulu. Setelah reses, sidang dibuka lagi, sang anggota DPR yang mengusir itu keluar dan tidak kembali lagi ke sidang," kata Sang Kakek.

   "Kemana dia?" kata Sang Cucu.

   "Entahlah. Dan sesudah itulah pimpinan sidang dan anggota DPR yang lain meminta jatah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Mereka minta dilibatkan, karena menurut pimpinan sidang yang mantan gubernur itu, dia dulu ikut memperjuangkan itu, jadi dilibatkanlah. Dan ada seorang lagi anggota DPR yang meminta seperti itu, demikian permintaan para anggota DPR itu," kata Sang Kakek.

   "Memang boleh anggota DPR minta jatah CSR itu kek?" tanya Sang Cucu.

   "Nggak boleh. Itu melanggar etika anggota Dewan. Makanya kedua anggota DPR itu patut diduga sudah melanggar kode etik dan harus diperiksa Majelis Kehormatan Dewan (MKD). Ini jangan menjadi kebiasaan buruk. Habis marah-marah dan mengusir Dirut, tiba-tiba orang yang mengusir hilang, dilanjutkan dengan permintaan jatah CSR," kata Sang Kakek.

   "Jangan-jangan itu sudah diatur kek. Dibuat skenarionya begitu. Dimarahin dulu, lalu sang Dirut akan kecut dan takut, lalu diminta jatah CSR, pasti diberikanlah. Perlu juga diselidiki itu kek," kata Sang Cucu.

   "Bisa juga kemungkinan  itu. Sepertinya rapi permainannya ya. Sudah diatur dengan skenario. Karena mereka ini ada yang separtai. Yang ribut dan yang minta jatah CSR itu," kata Sang Kakek.

   "Apa nggak ada rasa malu dari anggota DPR itu kek? Tindakan ini sangat memalukan anggota DPR, apalagi mereka pimpinan Komisi," kata Sang Cucu.

   "Kalau sudah menyangkut jatah dan peluang mendapatkan sesuatu, sepertinya urat malu langsung hilang," kata Sang Kakek.

   "Jadi kita rakyat ini yang malu ya kek. Para anggota DPR kita tidak mempunyai rasa malu dan kehilangan urat malunya," kata Sang Cucu.

   "Saya kira begitu sajalah. Karena mereka tidak memiliki rasa malu lagi, biarlah kita yang malu kepada diri sendiri sebagai rakyat yang diwakilinya," kata Sang Kakek.

Anggota DPR marah-marah, mengusir Dirut PT Inalum, eh diakhiri dengan meminta jatah CSR, malu. Bahkan sangat memalukan. Sayangnya anggota DPR kita tak tahu malu lagi, jadi kita para rakyat yang malu melihat wakilnya memalukan, gumam Sang Kakek.

Terima kasih dan salam.

Aldentua Siringoringo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun