"Tuntutan mahasiswa dan karyawan adalah tranparansi anggaran, membebaskan Yayasan dari KKN serta intervensi Yayasan terhadap unit kerja di bawah rektorat," kata Sang Kakek.
"Siapa saja yang mundur kek?" Tanya Sang Cucu.
"Rektor dan wakil rektor A dan Wakil rektor B, jadi mereka mundur paketanlah," kata Sang Kakek.
"Lalu bagaimana nasib mahasiswa dan universitasnya jika rektoratnya lumpuh dengan mundurnya para pimpinan rektorat itu?" kata Sang Cucu.
"Ini poin penting dan krusialnya. Yayasan dengan rektorat yang bermasalah, yang menjadi korban adalah mahasiswa. Â Mereka sudah percaya ke universitas tersebut dan membayar segala kewajiban, tapi tidak bisa menikmati haknya karena ada masalah internal di yayasan dengan rektorat tersebut," kata Sang Kakek.
"Kalau konflik seperti ini berkepanjangan, bagaimana nasib mahasiswa yang sedang kuliah di Universitas tersebut?" tanya Sang Cucu.
"Di sini pentingnya peran Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah itu berperan. Mereka harus ikut menyelamatkan nasib mahasiswa yang terganggu akibat konflik di universitas tersebut. Mereka bisa dipiondahkan ke universitas lain sejenis," kata Sang Kakek.
"Mahasiswanya harus diselamatkan ya kek, kasihan mereka, masa depannya bagaimana? Kalau universitasnya ribut terus, nanti alumninya tidak diterima bekerja di perusahaan karena nama universitasnya sudah jelek. Siapa yang bertanggungjawab," kata Sang Cucu.
"Hal seperti itulah yang kurang diperhatikan para pengelola universitas yang berkonflik. Mereka tidak bisa melihat kepentingan yang lebih jauh dan lebih luas ke depan. Mereka hanya mementingkan egonya, tanpa memikirkan masa depan mahasiswa dan alumninya di tengah masyarakat dan peluang kerja alumninya," kata Sang Kakek.
"Mudah-mudahan tidak ada lagi universitas yang ribut dan konflik yang merugikan mahasiswa dan alumninya, ya kek." kata Sang Cucu.
"Ya semogalah," kata Sang Kakek.