Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang "Kambing" Penumpang Ambulans

1 Juli 2020   05:30 Diperbarui: 1 Juli 2020   05:33 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu masalahnya. Kepala desa menganggap ini adalah ambulans untuk desanya, berarti dia yang mengaturnya. Dia penanggung jawabnya. Mulai dari supir sampai ke penumpang yang mau dibawa ambulans kan harus atas perintah dan persetujuannya," kata Sang kakek.

"Betul," jawab Sang Cucu.

"Di daerah itu, kalau seorang menjabat kepala desa, maka semua yang disekitarnya seakan ikut menjadi kepala desa. Isterinya, anaknya, keponakannya, termasuk bintang peliharaannya. Jangan-jangan kambing itu adalah kambing milik kepala desa. Karena kambingnya juga ikut menjadi kepala desa, maka kambing itupun berhak menjadi penumpang ambulans milik kepala desa," kata Sang Kakek seakan menyindir.

"Itu sudah penyalahgunaan kekuasaan kek. Ambulans itu bukan milik pribadinya. Benar itu sudah pelanggaran berat," kata Sang Cucu.

"Itu menurutmu. Di daerah seperti ini, terkadang lebih berharga bintang piaraan para pejabat dari rakyatnya. Pernah ada kejadian di kampung, seseorang menabrak anjing pak Camat. Pelakunya ditangkap polisi dan dipenjarakan. Ketika keluarga pelaku penabrak ini datang menghadap pak Camat untuk minta berdamai agar keluarganya, Sang Camat bicara dengan gagah berani seperti ini, "kalian tahu nggak? Anjing yang ditabraknya itu anjingnya Camat, jadi dia juga harus dihormati sebagai camat. Jadi biarkan kasus ini ditangani polisi, tidak ada perdamaian," katanya dengan angkuh. Jadi di daerah itu terkadang  binatang peliharaan pejabat itu juga ikut menjadi pejabat," kata Sang Kakek.

"Itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Ini harus ditindak kek. Mau kambingnya kepala desa, kambingnya Camat atau kambing bupati, kambing tetaplah kambing. Bukan penumpang ambulans. Penumpang ambulans adalah anggota masyarakat yang membutuhkan pertolongan kesehatan," tegas Sang Cucu.

"Itu menurutmu, tapi kenyataan di lapangan tidak selalu begitu. Ini kejadian nyata. Mungkin ini karena diambil gambar video dan viral. Mungkin banyak kejadian seperti ini yang tidak diambil gambar dan tidak viral," kata Sang Kakek.

"Makanya kita dukung bupati yang akan menindak dan menarik ambulans dari desa tersebut. Dan supir dan kepala desanya harus dihukum, supaya jangan mengulangi perbuatannya dan jangan ditiru oleh kepala desa yang lain," kata Sang Cucu

"Mudah-mudahanlah bupatinya tegas menegakkan aturan dan menghukum kepala desa tersebut. Dan jangan terulang lagi," kata Sang Kakek.

"Setuju!" kata Sang Cucu.

Ambulans dipakai mengangkut kambing, ampun. Kenapa tidak digunakan membantu pemerintah Jatim dan Surabaya Raya untuk mengatasi Covid-19. Tujuannya untuk mempercapat pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan pertolongan kesehatan, eh ternyata digunakan membawa kambing. Perlu ditindak tegas penyalahgunaan ini, gumam Sang Kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun