"Kenapa tidak? Kalau kejadian seperti ini dibiarkan para anggota DPRD dan pejabat di daerah, ini kan akan dicontoh pejabat yang di bawahnya lagi. Nah terus ke bawah dan masyarakatpun akan menirunya. Kenapa rakyat dipaksa harus mematuhi protokol kesehatan, sementara para pejabat boleh melanggar? Ini kan merusak wibawa pemerintah," kata Sang Kakek.
  "Benar juga ya kek. Ini sepele, tapi bisa jadi bertele-tele masalahnya. Tiru meniru sampai ke bawah," kata Sang Cucu.
  "Setidaknya diproses sampai ke pengadilan, biar malu dia. Kita harap ini akan menimbulkan efek jera kepada pelaku dan menjadi peringatan bagi anggota DPRD dan pejabat daerah lainnya," kata Sang Kakek.
  "Kenapa banyak anggota DPRD yang menjadi pemberitaan di seluruh Indonesia yang membangkang, melawan, mengancam bahkan menganiaya seperti kasus ini kek?" selidik Sang Cucu.
  "Memang ada penyakit pejabat di daerah, merasa dirinya menjadi raja kecil atau elite penguasa tertinggi di daerahnya, jadi muncul arogansi dan kesewenang-wenangan dalam dirinya," jelas Sang Kakek.
  "Berarti mereka ini perlu ada pendidikan karakter menjadi pejabat yang harus melayani kek," timpal Sang Cucu.
  "Itu betul. Memang selama ini mereka sering ikut Bintek atau pembinaan teknis, berupa pengetahuan dan ketrampilan menjalankan tugasnya sebagai anggota DPRD. Kurang pembinaan karakter," kata Sang Kakek.
  "Itu mungkin sumber masalahnya. Trampil dalam tugas teknis, tapi buruk dalam karakter dan budi pekerti. Inilah yang tidak menerima lagi pelajaran budi pekerti seperti yang sering dikeluhkan  kakek?" kata Sang Cucu.
  "Betul. Memang sudah diperlukan lagi diajarkan budi pekerti dan moral yang baik ke mereka para anggota DPRD ini," kata Sang Kakek.
  "Semoga polisi cepat memproses dan menangkap anggota DPRD dan supirnya ini ya kek," kata Sang Cucu.
  "Ya. Semoga," kata Sang Kakek.