Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Bakal Calon Promotor Debat Gigit Jari

13 Juni 2020   08:33 Diperbarui: 13 Juni 2020   08:30 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

   "Ini kan sudah era terbuka kek. Transparansi, bahasa kerennya," kata Sang Cucu menimpali.

   "Terbuka bukan berarti  semua harus dibuka. Kalau semua dibuka namanya telanjang. Itu tidak sopan. Negara inipun begitu. Pengelolaan negara terbuka, tapi tidak semua harus dibuka. Ada namanya rahasia negara," kata Sang Kakek.

   "Yang dituntut menteri pecatan itukan debat terbuka, siaran langsung dan ada promotor dan penyelenggara debatnya, bukan tertutup seperti diskusi dengan dosen senior itu. Harus ada juri dan pemenangnya," kata Sang Cucu.

   "Mereka bukan mau memberikan masukan. Hanya cari panggung. Untuk apa debat pakai promotor dan penyelenggara? Dan harus ada juri dan pemenangnya? Memangnya pertandingan tinju? Jadi mereka itukan tidak ada lagi panggung. Mengkritik pemerintah itu seksi. Cari panggungnya begini," ledek Sang Kakek.

   "Itu lebih mendingan kek, daripada rencana kudeta?" balas Sang Cucu.

   "Rencana kudeta dan kritik cari panggung di masa pandemi Covid-19 ini sama buruknya. Bukannya memberikan partisipasi membantu bangsa ini menghadapi pandemi Covid-19 ini, malah bikin heboh dan panik orang saja," kata Sang Kakek.

   "Jadi bagaimana nasib bakal calon promotor debat ini kek? Sudah sempat membuat rencana, konsep publikasi dan flyernya. Sia-sia dong," kata Sang Cucu.

   "Memang siapa yang menunjuknya jadi bakal calon promotor debat? Mereka ini kan mau cari pekerjaan sebagai promotor debat. Kalau ini jadi, lalu mereka akan membuat ini sebagai fortopolio mereka. Sukses melakukan debat menteri pecatan dengan menteri sungguhan. Nanti kalau Pilkada atau Pilpres mereka akan menawarkan diri menjadi promotor debatnya. Jadi semua ini kepentingan pribadi dan untuk popularitas diri. Memasarkan diri dengan publikasi gratis, gitu lo," kata Sang Kakek.

   "Sesungguhnya kita kasihan ke mereka ya. Sudah bermimpi menjadi promotor debat, eh, debat diabatalkan. Gigit jari mereka," kata Sang Cucu.

   "Makanya jangan menonjolkan diri, mematut-matut dirnya sendiri, menunjuk dirinya sendiri, akhirnya gigit jari dan mempermalukan diri sendiri," kata Sang Kakek.

   "Yah, semoga ada yang mau debat lagi, biar mereka bisa menyalurkan bakatnya menjadi promotor debat ya kek?" kata Sang Cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun